SELATPANJANG - Hiu Gergaji (Saw Shark) yang tersangkut jaring nelayan Tanjungperanap diduga dari Sungai Siak, Riau. Informasi tentang Hiu Gergaji ini pernah diposting di wikipedia.

Dalam tulisan di wikipedia dijelaskan bahwa di Indonesia Hiu Gergaji (Pristis Microdon) terdapat di Sungai Digul, Sungai Mahakam (Kalimantan), Sungai Siak dan Sungai Sepih.

Hiu Gergaji juga merupakan ikan yang hidup di Danau Sentani. Hiu Gergaji juga populer dengan nama pari atau hiu Sentani karena memang endemik di Danau Sentani, Papua. Orang barat menyebutnya Largetooth Jawfish yang berarti ikan hiu bergigi besar. Ikan ini termasuk ikan air tawar dan berkembang biak dengan cara ovovipar.

Walaupun penampilan hiu gergaji cukup mengerikan, namun bukan berarti ikan ini menjadi penguasa di Danau Sentani. Fakta di lapangan menunjukkan populasi anggota famili Pristidae yang bernama latin Pristi Microdon ini terus menyusut.

Ikan yang menyebar di Australia, India, Papua Nugini, Afrika Selatan dan Thailand ini tergolong penghuni air tawar dan menyukai daerah tropis. Biasanya mereka hidup di danau-danau besar, sungai besar atau rawa-rawa tertentu.

Ikan ini mulai sulit dijumpai karena itu ia masuk dalam daftar merah IUCN, yakni daftar spesies yang dilindungi karena sudah terancam punah. Populasi ikan ini makin berkurang akibat kian kecilnya habitat hidup mereka seiring makin bertambahnya populasi manusia.

Sebelumnya, Kades Aswandi membenarkan ada seekor Hiu Gergaji (Saw Shark) tersangkut jaring salah seorang nelayan di Desa Tanjungperanap, Tebingtinggi Barat, Kepulauan Meranti, Riau. Tak tanggung-tanggung, berat hiu tersebut diperkirakan sampai 1 ton.

"Ikan hiu itu sangkut di jaring kurau," kata Aswandi.

Diceritakan Aswandi lagi, berat Hiu Gergaji tersebut sekitar 1 ton. Satu pompong nelayan tak mampu menarik hiu ke tepi. Sehingga dibantu pompong dari kilang sagu. "Ditunda (ditarik, red) oleh dua pompong," ujar Aswandi.

Perkiraan kades yang akrab dipanggil Nutih ini, Hiu Gergaji tersebut mengikuti kapal-kapal yang dari Sei Apit, Siak. Sebab, perairan nelayan tempat meletakkan jaring merupakan simpang tiga Siak - Meranti (Lukit).

Penunggu perairan yang jarang ditemukan itu pun akhirnya dibantai warga setempat. Siapa saja yang berminat mau mengkonsumsi bebas membawa pulang dagingnya. "Ikan itu bisa dimakan. Warga satu kampung turun ke laut dan mengambil dagingnya," cerita Nutih. ***