SIAK SRI INDRAPURA, - Sepanjang tahun 2016 hingga akhir bulan Januari 2017 ini, sekitar 200 ekor sapi Bali yang dipelihara para petani di Kabupaten Siak, mati mendadak. Kematian sapi bantuan dari pemerintah itu akibat terserang virus Jimbrana yang membawa penyakit parasat darah.

Bupati Siak H Syamsuar menginstruksikan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Susilawati agar segera menyelesaikan masalah ini guna memutus mata rantai virus pembunuh sapi tersebut.

"Secepatnya diputus mata rantai virus yang membuat sapi-sapi itu mati. Kemudian, stop beli bibit sapi Bali itu," kata Syamsuar, saat cofee morning bersama wartawan liputan Siak, Jumat (27/1/2017) kemaren.

Kadis Peternakan dan Perikanan Siak Susilawati mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk memutus mata rantai berkembangnya virus Jimbrana yang mengakibatkan satusan sapi Bali itu mati mendadak di Siak.

"Kejadian ini bukan hanya di Siak, tapi seluruh Riau, tapi memang di Siak yang banyak mati karena perkembangan sapi Bali ini cukup bagus di Siak. Sudah ada sekitar 200 sapi yang mati akibat virus Jimbrana yang membawa penyakit parasit darah ini," ujar Susi menjawab GoRiau.com, Minggu (29/1/2017).Baca Juga: 200 Ekor Sapi Mati Mendadak di Siak

Untuk mengantisipasi mewabahnya virus Jimbrana ini, lanjut Susi, pihaknya sudah melaksanakan vaksinasi terhadap semua sapi yang ada. Kemudian, bagi sapi-sapi yang sakit, pihaknya sudah memisahkan dengan sapi yang sehat untuk menghindari penularan virus.

"Virus itu dibawa lalat dari sapi yang sakit ke yang sehat. Kita sudah pisahkan semua sapi-sapi yang sakit itu. Untuk memperkuat daya tahan tubuh, kita juga memberi vitamin dan pengobatan kausatif guna membunuh infeksi sekunder yang bisa memperburuk kondisi sapi," jelasnya.

Selain itu, tim kesehatan hewan dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan juga sudah turun kesejumlah daerah di Kabupaten Siak guna melakukan survey lance untuk mengambil beberapa sampel dari sapi yang sudah mati.

"Tim Balitbang Hewan dari Bogor juga sudah turun ke Siak untuk melakukan survei, mudah-mudahan berbagai upaya yang telah kita lakukan ini dapat memutuskan mata rantai virus parasit darah, sehingga kematian terhadap sapi-sapi ini segera dapat diatasi," ujarnya.

Susi memastikan kematian 200 ekor sapi itu disebabkan virus Jimbrana atau parasit darah."Positif karena virus Jimbrana, bukan Antrax yang terjadi di Pulau Jawa. Kita terakhir beli bibit sapi Bali tahun 2013 lalu, ini yang dikembangkan petani kita sampai saat ini. Untuk di Riau, perkembangan sapi-sapi ini sangat luar biasa di daerah kita, tapi sejak virus ini datang, banyak juga petani kita yang merugi. Tentu semaksimal mungkin akan kita bantu agar mata rantai virus Jimbrana ini segera berakhir," tutupnya. *** #SIAK