PEKANBARU - Badan Restorasi Gambut (BRG) kembali menggelar workshop stakeholder II untuk menindaklanjuti tata kelola dan sejumlah permasalahan lahan gambut yang membutuhkan perhatian serius, khususnya di wilayah kesatuan hidrologis Giam Siak, Provinsi Riau.

Kegiatan yang dilaksanakan di Ballroom Hotel Pangeran Pekanbaru pada Senin (13/11/2017) itu, dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan resiko bencana kabut asap di Riau.

Yang mana, pada bencana kabut asap 2014 lalu, daerah Kabupaten Bengkalis meliputi Kecamatan Bandar Laksamana dan Bukit Batu menjadi daerah penyumbang asap dan sekaligus menjadi korban kerugian terbesar di wilayah Riau.

Deputi Penelitian dan Pengembangan BRG, Haris Gunawan mengatakan, bahwa masalah lahan gambut memang sudah menjadi hal klasik di Riau. Di mana, eksploitasi besar-besaran lahan basah yang bergambut di Riau mulai terjadi dengan pembukaan lahan hutan tanam industri, perkebunan, infrastruktur, dan pemukiman.

Kemudian, dampak dari eksploitasi ini menimbulkan pembuatan kanal dan pengeringan lahan gambut yang mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan sejak medio 2000an.

"Restorasi ini merupakan salah satu model untuk menyelamatkan lahan gambut. Meskipun belum terlalu signifikan, namun akan teruji jika musim kemarau yang panjang datang," terangnya saat berbincang dengan Goriau.com, Senin siang.

Selama tahun 2017 ini, BRG sendiri sudah melakukan beragam upaya guna mendorong peningkatan kerja Masyarakat Peduli Api (MPA) di wilayah Kecamatan Bukit Batu dalam aksi preventif dan mitigasi.

"Tentunya bukan cuma BRG saja yang bekerja terkait restorasi ini. Ada macem-macem termasuk para pelaku usaha dan masyarakat," tandasnya.

Dalam hal ini, BRG juga turut dibantu oleh World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Universitas Riau, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau, Jikalahari Riau serta Yayasan Mitra Insani untuk melakukan tata kelola gambut berkelanjutan. ***