PEKANBARU - Badan Restorasi Gambut (BRG) memperbanyak upaya pembahasan lahan gambut dengan membuat sekat kanal dan sumur bor untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan (karlahut).

Kepala BRG RI, Nazir Foead menguraikan, bahwa pembasahan gambut akan dilakukan melalui sekat kanal yang telah disiapkan ketika air di dalam lahan gambut berada di bawah atau sama dengan 40 cm. Hal itu menunjukkan kondisi air di lahan gambut tergolong kritis. Maka perlu dilakukan pembasahan.

"Kemarin sempat menjadi diskusi tentang kondisi gambut kering atau tidak ketika air berada 40 cm dari permukaan tanah namun ditutupi rapat oleh pepohonan. Itu masih tergolong aman jika ditutupi pohon. Tetapi kalau hanya ditutupi semak belukar, lapisan atas gambut bisa kering, itu kritis," kata Nazir Foead dalam pertemuan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau di ruang Kenanga, Kantor Gubernur Riau, Jumat (23/2/2018).

Ia juga menuturkan, bahwa pembasahan gambut itu tidak hanya sekedar kegiatan membasahi gambut saja, melainkan juga diikuti dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan ekonomi.

"Perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut memang berkaitan erat dengan pencapaian manfaat ekonomi, ekologi dan sosial. Pak presiden juga sudah menekankan kepada kami supaya BRG harus memperhatikan hal ekonomi, penciptaan lapangan pekerjaan, dan memerangi disparitas," tuturnya. ***