PEKANBARU - Selama sebulan penuh pada November 2015, Provinsi Riau terbebas dari bencana kabut asap. Hal ini cenderung membuat daya beli masyarakat di Riau meningkat. Alhasil, untuk bulan November 2015, Riau mengalami kenaikan harga barang (inflasi) sebesar 0,32 persen.

"Riau inflasi 0,32 persen pada Bulan November 2015. Terjadi kenaikan indeks harga pada empat kelompok pengeluaran. Minat berbelanja masyarakat Riau kembali normal," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Mawardi Arsyad kepada GoRiau.com, di Pekanbaru, Selasa (1/12/2015).

Menurutnya, bulan Oktober 2015 lalu, daya beli masyarakat Riau menurun akibat bencana asap, sehingga masyarakat cenderung mengurangi aktivitas di luar ruangan. Setelah asap benar-benar enyah dari Riau sebulan penuh di bulan November, daya beli masyarakat kembali tumbuh.

"Tingginya permintaan barang atau daya beli masyarakat inilah yang menyebabkan inflasi," paparnya.

Empat faktor yang menyebabkan inflasi didominasi oleh kelompok bahan makanan sebesar 1,27 persen, kelompok kesehatan 0,20 persen, kelompok makan jadi 0,16 persen, dan kelompok perumahan 0,09 persen.

"Pekanbaru mengalami inflasi di bahan makanan, beras, cabai merah, daging ayam ras, tomat, rokok kretek, ikan nila, ayam hidup dan bahan bakar rumah tangga," jelasnya.

Dari 3 gabungan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Riau, dua kota mengalami inflasi, yakni Pekanbaru sebesar 0,41 persen dan Tembilahan sebesar 0,15 persen, sedangkan Dumai mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. ***