JAKARTA - Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno terus mendapat tempat di hati masyarakat pasca janjinya untuk memperjuangkan 'emak-emak' yang mengeluh terhadap kenaikan berbagai bahan pokok. Istilah emak-emak yang menjerit pun jadi viral di semua media sosial.

Sandi menunjukkan bahwa dia adalah calon pemimpin yang memperhatikan suara hati rakyat, terutama kalangan perempuan yang merasakan dampak langsung kesulitan ekonomi.

Sementara itu, pengamat politik CSIS Arya Fernandes menilai, diksi 'emak-emak' dipilih Prabowo-Sandiaga karena lebih memorable. Emak-emak akan lebih mudah diingat orang.

''Terkait 'emak-emak' tersebut, ini soal pemilihan diksi yang memorable. yang mudah diingat oleh orang, meskipun message-nya belum ada,'' ujar Arya kepada detikcom sebagaimana dikutip GoRiau.com, Jumat (17/8/2018).

Selain itu, kata Arya, alasan lain menggencarkan politik emak-emak adalah untuk merebut suara perempuan itu sendiri. Sebab, segmen pemilih perempuan menjadi segmen penting dan strategis dalam kampanye.

''Ini kan dia baru sekedar perhatian pada emak-emak kan ya, dan tim kampanye Prabowo-Sandi juga masih ini biar diksinya nyebar dulu ke masyarakat. Setelah diksinya nyebar baru mereka masuk ke isu-isu atau pesan kepedulian terhadap perempuan, atau ekonomi. Nah ini satu cara Sandi agar mendapat perhatian dari perempuan. Ini jadi salah satu cara menarik perhatian pemilih perempuan. Kan besar kan sekitar 50 persen,'' tuturnya.

Arya mengatakan efektifnya suara pemilih perempuan sudah terbukti saat Pilpres 2004. Kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dapat merebut suara kalangan perempuan dan mengalahkan Megawati Soekarnoputri.

''Kalau kita lihat pemilu di 2004, itu SBY kemenangannya bagaimana dia bisa dominan di pemilih perempuan, jadi gap suara SBY dengan Megawati di 2004 itu, gap suaranya kan cukup tinggi di pemilih perempuannya. Nah, Sandi saya kira juga memulai kampanye dengan emak-emak itu juga ingin merebut suara perempuan ke dirinya,'' kata Arya.

Arya pun menilai suara emak-emak yang terus digaungkan itu sudah mulai terlihat efeknya. 'Emak-emak' mulai diperbincangkan banyak orang dan menjadi viral.

''Sebagai awal itu mulai diperbincangkan banyak orang kan, mulai menjadi viral gitu. Tinggal kontennya diperkuat. Emak-emak itu apanya yang mau difokuskan. Untuk level awal untuk menyita perhatian banyak orang, diperbincangkan, dia sudah mendapat efeknya,'' ungkapnya.

Arya juga menilai keberhasilan suara emak-emak mencuri perhatian masyarakat pun tampak mulai berimbas dengan tingkat popularitas Prabowo-Sandi. Hal itulah yang untuk saat ini sulit diimbangi oleh pesaingnya, Jokowi-Ma'ruf Amin.

''Saya lihat dari sejak deklarasi dari sisi merebut perhatian, dengan mulai diperbincangkan, fokus orang mulai berubah. Saya lihat posisi Prabowo-Sandi lebih mampu merebut atensi orang dalam minggu ini, mereka juga lebih terlihat fokus di isu ekonomi dengan emak-emak itu,''kata Arya.

''Sementara Jokowi mereka masih sibuk dalam proses, atau mereka beda strategi ya. Kalau Sandi sudah mulai fokus dengan narasi kampanye ya, sedangkan Jokowi siapkan dulu infrastrukturnya baru mereka masuk ke isu. Jokowi-Ma'ruf itu sekarang juga lebih sibuk mencari pembenar kenapa memilih Ma'ruf bukan Mahfud. Mereka masih sibuk mencari alasan yang tepat, sedangkan Prabowo-Sandi sudah berbicara isu. Kalau seminggu ini sih lebih ngetren emak-emak daripada Jokowi," lanjutnya.

Seperti diketahui, hampir semua harga kebutuhan pokok meroket naik di semua daerah, selain itu beban masyarakat juga semakin berat pasca naiknya harga listrik, BBM dan kebutuhan pokok lainnya. ***