PEKANBARU, GORIAU.COM - Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau periode 2013 - 2018 akan memasuki babak baru, karena besar kemungkinan akan berlangsung dua putaran. Pasalnya, berdasarkan perhitungan sementara dari berbagai quick count dan data yang masuk dari setiap daerah sudah melebihi 50 persen dan diyakini tidak ada pasangan calon yang melebihi perolehan 30 persen plus 1 orang. Jika 2 putaran besar kemungkinan Herman dan Annas akan bertarung habis-habisan.

Hasil penyilangan data yang diperoleh GoRiau.com baik dari Herman Centre, Riau Rearch Centre, Demokrat, Kebangpolinmas, dan tim pemenangan masing-masing calon, Kamis (5/9/2013) siang, hampir seluruh data sudah mencapai 70 persen, meski sebagian tidak berani mengeluarkan angka tersebut ke publik.

Dari versi posko Pemenangan Herman-Agus mengklaim sudah mengumpulkan hasil 1,7 juta pemilihan dan menempatkan pasangan mereka memperoleh 30,7 persen dan Annas Maamun 20,23 persen, sementara itu dari Demokrat juga menempatkan Herman - Agus Widayat teratas dengan raihan 23,27 persen sedangkan Annas - Andi 22,68 persen, hasil ini juga tidak terlalu jauh dari data Riau Reseacrh Centre terakhir yang sudah mencapai 60 persen yang mendudukkan Herman teratas dengan raihan 25,1 persen, disusul Anas Maamun - Andi Rahman 23,2 persen.

Sementara itu, KPU di daerah juga sudah memberikan hasil sementara dengan hasil yang berimbang, di lumbung suara besar seperti Pekanbaru dan Kampar dimenangkan Herman, sedangkan di daerah seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Siak, Pelalawan dan Dumai dimenangkan Annas Maamun, dan beberapa daerah lainnya dimenangkan JE-MM seperti Inhu dan Meranti, Lukman Edy - Suryadi di Inhil dan Achmad - Masrul di Rokan Hulu.

Sementara itu pengamat politik, Rawa El Amady menjawab GoRiau.com, Kamis (5/9/2013) juga memprediksi hal yang sama tapi dengan catatan. ''Kalau dilihat dari quict count dan hasil sementara, diperkirakan dua putaran, tapi kalau dilihat dari sikap KPU yang misterius sepertinya satu putaran,'' jelasnya.

Misteriusnya KPU menurut Rawa, karena besar kemungkinan KPU bisa mensetting hasil Pilgub dan itu dibuktikan dengan tidak memberi ruang kepada lembaga independen untuk mengawasinya. ''Saya rada yakin KPU punya rencana tersembunyi,'' ujarnya.

Keyakinan Rawa tersebut juga bukan tidak berdasar. Rawa memberi contoh kasus yang dialami calon independen Wan Abu Bakar - Isjoni (WIN) dan penetapan DCT. ''Ada yang tersembunyi di KPU Riau,'' tegasnya. ***