JAKARTA - Ancaman bencana longsor benar-benar nyata. Kejadian longsor terus meningkat dan menelan korban jiwa. Hujan deras dan tingginya kerentanan telah menyebabkan bencana longsor dan banjir bandang di Kecamatan Sungai Are Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan pada Kamis (9/11/2017).

Longsor pertama terjadi di Desa Cukohnau Kecamatan Sungai Are Kabupaten OKU Selatan pada 9/11/2017 pukul 17.00 Wib. Longsor menimbun satu rumah yang menyebabkan satu orang orang meninggal dunia atas nama Hatam bin Agusaman (70), satu orang luka berat (Zulkardi), dan satu orang luka ringan (istri Hatam).

Menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kejadian longsor ini sekitar pukul 20.00 WIB, di Desa Sadau Jaya Kecamatan Sungai Are Kabupaten OKU Selatan.

"Longsor menimbun satu rumah berisi 7 orang. Lima orang meninggal dunia dan dua orang luka-luka. Kelima korban meninggal adalah Riswandi bin Nawawi (40), Susmita binti Toyib (35), Angga bin Riswandi (7), Rifki bin Riswandi (4), dan Alex bin Riswandi (9). Kedua orang luka adalah Iprianto bin Riswandi (20) dan Juwita binti Riswandi (12)," ujarnya, Jumat (10/11/2017) malam.

Menurutnya, posisi rumah berada di bawah tebing yang cukup tinggi. Saat hujan deras, tebing tersebut longsor dan menimbun rumah beserta penghuninya sehingga rumah rusak berat. Lokasi longsor berada di daerah yang cukup sulit dijangkau. Kondisi masih hujan terus.

"Seluruh korban akan dimakamkan besok bertempat di pemakaman Desa Sadau Jaya Kecamatan Sungai Are. Dua orang korban luka-luka dirawat di Puskesmas Kecamatan Are," ujarnya.

Tindakan yang dilakukan saat ini, BPBD OKU Selatan bersama TNI, Polri, SAR, Dinas Sosial, Dinas PU, relawan dan masyarakat melakukan evakuasi korban. Alat berat dikerahkan untuk mencari korban. BPBD Provinsi Sumatera Selatan memberikan bantuan logistik dan mendampingi BPBD OKUS.

"Masyarakat dihimbau untuk terus meningkatkan kewaspadaan dari bahaya longsor. Peta rawan longsor dan prediksi rawan longsor dapat diunduh di website Badan Geologi. Hendaknya peta tersebut digunakan oleh Pemda dan berbagai pihak untuk terus menerus menyosialisasikan kepada masyakat," tukasnya.

"Masyarakat yang tinggal di bawah lereng atau di bawah tebing hendaknya waspada saat hujan deras. Jika perlu mengungsi untuk sementara waktu. Lakukan pengecekan lereng-lereng apakah sudah ada tanda-tanda potensi longsor seperti ada rekahan, amblesan tanah dan lainnya," tandasnya.

Menurut data BNPB, longsor adalah bencana yang banyak menimbulkan korban jiwa. "Ada 40,9 juta jiwa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan longsor sedang hingga tinggi. Seringkali longsornya tidak besar namun menimbulkan korban jiwa karena longsor tersebut langsung menimbun rumah warga," pungkas Sutopo Purwo Nugroho. ***