PEKANBARU, GORIAU.COM - Mulai seringnya tawuran antar pelajar di Pekanbaru menjadi sorotan banyak kalangan. Pasalnya, tradisi ini jarang terjadi di Kota Bertuah Pekanbaru, Riau. Aksi ini harus dihentikan sejak dini, dan peran guru sangat menentukan hilangnya tradisi yang jauh dari budaya Melayu tersebut.

''Peran guru harus lebih ditingkatkan dalam melakukan pengawasan. Guru harus pro aktif dalam mencegah terjadinya bibit-bibit kebencian antar pelajar tersebut,'' ujar pengamat pendidikan Riau Miko Lesmama kepada wartawan, Senin (24/9/2012).

Salah satu upaya yang cukup efektif adalah dengan memberikan hukuman kepada siswa terutama yang membuat tawuran. Dan yang lebih penting adalah memberikan pemahaman kepada siswa agar jauh dari tindakan tersebut dan pentingnya persatuan.

''Seperti kejadian baru-baru ini di Kota Pekanbaru. Sabtu (15/9/2012) sore dimana terjadi tawuran antara dua sekolah menengah. Yakni antara SMPN 25 Jalan Kartama dengan SMP yang di Jalan Soekarno Hatta, sehingga berbuntut kepada penahanan jumlah siswa di Polsek Tampan,'' katanya.

Menurutnyatawuran antara dua kelompok pelajar ini hanya disebabkan masalah sepele. Yakni, hanya dikarenakan saling ejek mengejek yang terjadi antara rekan mereka. Akhirnya terjadi tawuran yang saling menyerang antara sekolah dilakukan siswa.

Miko menegaskan, kepribadian anak didik ini tidak terlepas dari peranan guru, selain pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, tambah Pengurus Dewan Pendidikan Kota Pekanbaru ini, peran guru sebagai tenaga pengajar di sekolah perlu ditingkatkan.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Riau Wardan. Menurutnya, tawuran antar pelajar yang belakangan marak terjadi disebabkan kurang peranan guru memberi pemahaman. Oleh karenanya sebut Wardan, mengatasi terjadi tawuran sangat diharap adanya peranan guru.

''Guru diharapkan berperan aktif untuk memenimalisir tawuran. Kondisi ini bisa merusak citra bangsa. Makanya, guru sebagai tenaga pengajar harus menjalankan fungsi sebagai pendidik,'' tegasnya.(rdc)