BAGANSIAPIAPI, GORIAU.COM - Tidak mau kalah dengan kebijakan Menteri Perikanan, Ibu Susi yang getol membakar kapal asing, sekelompok nelayan yang berasal dari Penipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir, Riau, untuk kedua kalinya membakar kapal nelayan pencari ikan yang berasal dari Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara.

Peristiwa pembakaran kapal dengan kapasitas 3 GT itu, dibenarkan oleh Camat Pasir Limau Kapas, Idris. ''Kejadiannya Selasa (10/3/2015) sore tadi. Sekira jam 4 sore,'' kata Idris via seluler.

Idris mengaku belum mengetahui pasti peristiwa pembakaran itu. Menurut laporan yang disampaikan warga, korbannya adalah kapal nelayan asal Tanjung Balai Asahan.

''Kabarnya ditarik nelayan toamang ke pinggir laut. Kemudian mereka membakarnya," sebut Idris.

Terpisah, Kapten kapal yang menjadi korban pembakaran massa, Gunawan mengaku kapal yang mereka bawa masih berada di wilayah perairan Tanjung Balai Asahan.

''Posisi kita masih berada dekat lampu agak ke tengah. Wilayah itu masih perairan Tanjung Balai Asahan,'' ungkap Gunawan kepada GoRiau.com, Selasa (10/3/2015) Jam 10.30 di kantor Satpol Air, Bagansiapiapi.

Gunawan mengatakan, sewaktu kapal mereka di posisi itu, tiba-tiba kapal nelayan toamang asal Penipahan mengepung mereka. Jika ditotalkan, mencapai 70 kapal. Kemudian 2 kapal milik pengawas perikanan dan Pol Air datang menggiring mereka ke pinggir laut untuk diproses. Namun entah dari mana suara sumbang yang menginginkan kapal milik mereka dibakar saja.

''Memang sempat didamaikan perikanan dan Pol air. Namun tiba-tiba amuk massa tak terbendung. Akhirnya kapal kami dibakar," Kata Gunawan yang memiliki 4 ABK dan 2 Kapten.

Untuk mengusut kasus itu, malam ini mereka memberikan keterangan ke Pol Air Bagansiapiapi. Walaupun tidak ada korban jiwa, namun dari segi materi mereka menderita kerugian hampir mencapai Rp 100 juta.

''Barang-barang tidak bisa diselamatkan. Kapal ditambat langsung dibakar. Untunglah kami diselamatkan oleh petugas Pol Air," kata Gunawan. Saat ini, seluruh ABK diinapkan di kantor Sat Pol Air Bagansiapiapi.

Menyikapi kejadian itu, ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia, (HNSI), Ramli Kulal tidak menampik bahwa persoalan itu puncak dari kekesalan nelayan tradisional asal Penipahan karena kapal nelayan asal Sumut sering menggunakan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah.

''Mereka menggunakan trawl. Itu penyebab nelayan marah," sebut Ramli.

Ramli mengungkapkan, HNSI kecamatan pasir limau kapas sudah berupaya meredam kemarahan para nelayan disana. Malah, pengurus disana juga ikut memadamkan api. Namun apa lacur, api cepat berkobar sehingga meludeskan semuanya.

''Kita berupaya melihat kasus ini dari kacamata organisasi. Walau bagaimanapun, seluruh nelayan di Rohil otomatis sudah tergabung dalam HNSI," ungkap Ramli yang beberapa kali telah mendapat telepon dari setda serta Bupati terkait kejadian itu. (amr)