TERPISAH dengan orang tua sejak tamat sekolah dasar, ternyata mampu membuat seseorang hidup mandiri. Itulah yang dialami Ir H Arsyadjuliandi Rachman MBA, anak pengusaha PO Bus terkemuka Riau dengan merek ''Sinar Riau'', H. Abdul Rachman Syafei.

Meski dimasa kecil - sebelum masuk SMP - dia adalah anak yang penurut dan sangat dekat dengan ibunya, namun demi menuntut ilmu, Andi Rachman, sapaan akrab Arsyadjuliandi, ngekos atau hidup sendiri tanpa dekat dengan orang tua. Kondisi ini berbeda jauh dengan masa kecilnya sering menemani ibunya berbelanja ke pasar untuk menenteng belanjaan kebutuhan sehari-hari.

''Saya dekat dengan ibu, meski saat jauh pun, komunikasi dengan beliau selalu lancar. Dulu saya suka menemani ibu belanja ke pasar, nanti dibelikan es tebak dan lontong. Makanya saya terharu juga, ada penjual tahu di pasar yang masih ingat dengan ibu saya yang menjadi pelanggannya dulu," kata Andi Rachman yang merupakan putra dari pasangan H Abdul Rachman Syafei dan Hj Asma Hasan yang berasal dari Sumatera Barat ini, menceritakan pengalaman pribadinya kepada GoRiau.com di rumah dinasnya, Jalan Sisingamangaraja Pekanbaru, Jumat (23/12/2016) siang.

Anak kelima dari sepuluh bersaudara yang sudah terbiasa hidup mandiri dan terpisah dari orang tua sejak kecil ini, sempat menamatkan pendidikannya di SDN 14 Pekanbaru (1967-1972). Untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)-nya, Andi harus merantau ke Bukittinggi dengan bersekolah di SMPN 4 Bukittinggi (1973-1975).

https://www.goriau.com/assets/imgbank/24122016/pelantikan-5421.jpgH Arsyadjuliandi Rachman bersama Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara Jakarta sebelum acara pelantikan.

"Orang tua kami berkeinginan agar anak-anaknya menuntut ilmu di sekolah yang bagus. Jadi saat itu, kami sepuluh bersaudara terpisah-pisah. Lulus SD, saya langsung jadi anak kos," kata Andi yang saat ini sekaligus menjabat menjadi Ketua DPD Golkar Provinsi Riau.

Dengan tekad yang kuat, langkah selanjutnya Andi menyakinkan diri untuk menempuh pendidikan tingkat menengah atasnya di SMAN 1 Bukittinggi, namun kemudian ia menamatkan jenjang SLTA-nya di SMAN 3 Yogyakarta (1976-1980) dan berlanjut menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret dengan mengambil Fakultas Pertanian (1980-1985).

"Sejak kecil sudah jadi anak kos, lama-lama terlatih mandiri. Apa-apa saya bisa sendiri. Pesan orang tua saya pun, dimana-mana harus mandiri, jujur dan jangan cengeng. Namanya juga merantau, tidak boleh cengeng," aku Andi menceritakan pengalaman kosnya yang secara tidak langsung membentuk karakter disiplin dan mandiri dalam hidupnya.

Tak Pernah Bermimpi Jadi Gubernur

Putra pengusaha transportasi PO Bus Sinar Riau ini sebelumnya tak pernah membayangkan jika dirinya akan menjadi gubernur dan mengabdi kepada masyarakat, karena mimpi terbesarnya sejak kecil adalah menjadi pengusaha untuk melanjutkan bisnis yang digeluti orang tuanya.

Maka tidak heran, jika ia gigih menapaki dunia bisnis hingga mengantarkannya menjadi Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Riau (1989-2002). Semasa menjadi Ketua Umum BPD Hipmi Riau, Andi pun dipercaya sekaligus menjadi Ketua Umum Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) Provinsi Riau (2001-2011) dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2010-2014.

Sebelum terjun dalam partai politik, Andi Rachman sempat bekerja sebagai Komisaris PT Sarana Riau Ventura (1996-1998), lalu berlanjut menjadi Direktur PD Sarana Pembangunan Riau (1999-2004) dan masih aktif menjadi Chairman Riau Muda Group sejak tahun 2004 hingga sekarang.

"Dari kecil cita-cita saya di dunia bisnis (pengusaha), tidak pernah terbayang jadi gubernur. Bergabung dengan Partai Golkar saja itu sekitar tahun 90-an, jadi anak bawang. Pokoknya karir saya bertahap, tidak langsung loncat-loncat,'' ungkap pria kelahiran 8 Juli 1960 atau 56 tahun silam ini.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/24122016/gubriharsy-5420.jpgGubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman didampingi Kapolda Riau, Danrem 031WB, Wako Pekanbaru sidak harga sembako di Pasar Bawah.

Berkat kejujuran dan kegigihannya, Andi yang menikah dengan Sisilita dan dikaruniai satu anak bernama Arsilia Arsyadjuliandi ini, pun mengaku mendapat kepercayaan di tubuh Partai Golkar, mulai dari menjadi anggota DPRD Provinsi Riau periode 2004-2009 dan menduduki kursi anggota DPR RI/ MPR RI pada tahun 2009-2014.

"Dulu ditawari pak Masnur untuk menjadi anggota DPRD Provinsi Riau Dapil Kampar. Saat itu saya di Eropa, saya kaget. Saya tanya, itu serius nggak? Mikir-mikir dan akhirnya saya terima," urainya.

Andi yang merupakan jebolan MBA Marketing Track, Oklahoma City University, USA (1986-1987) ini pun meniti karirnya di Partai Golkar mulai dari Wakil Bendahara Golkar Riau (1998-2003), Bendahara Umum Golkar Riau (1998-2003), Wakil Sekjen DPP Golkar 2010 hingga 2014, Plt Ketua DPD Golkar Riau (2014-2016) dan akhirnya menjadi Ketua DPD Golkar mulai 2016.

"Ketika ditawari maju Pilkada bersama pak Annas Maamun, disitu saya merasa mendapat kepercayaan besar dari Partai Golkar yang harus saya jaga. Mulai bersosialisasi dengan masyarakat dan alhamdulillah terpilih menjadi Wakil Gubernur Riau," ucap pria yang memiliki hobi golf dan berolahraga ini.

Seperti diketahui, dalam Pemilukada Riau 2013, ia yang berpasangan dengan Annas Maamun dan terpilih sebagai Wakil Gubernur Riau periode 2013-2018, dan resmi dilantik pada tanggal 19 Februari 2014 oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Gamawan Fauzi.

Namun karena Annas Maamun tersandung kasus oleh KPK, selama hampir satu tahun, Andi Rachman menjabat sebagai Plt Gubernur Riau, hingga akhirnya dilantik menjadi Gubernur Riau Definitif oleh Presiden Joko Widodo pada 25 Mei 2016 lalu.

Komitmen Membangun Perekonomian Riau Melalui Pariwisata

Anjloknya harga minyak dunia menyebabkan kondisi keuangan Riau terganggu. Menyadari bahwa Riau tidak bisa bergantung lagi pada sektor migas, Andi Rachman pun tak kehabisan ide. Ia dengan percaya diri menggagas strategi khusus mengambil peluang dengan mengemas sektor pariwisata yang ada di Riau untuk meningkatkan perekonomian rakyat.

"Banyak yang tanya kenapa saya optimis mengangkat sektor pariwisata, saya ingin semua tahu bahwa Riau ini punya potensi wisata budaya yang beragam dan banyak. Ini sejalan dengan visi dan misi Riau 2020 menjadi pusat kebudayaan di Asia Tenggara," jelasnya.

Ia pun mengakui, bahwa langkah yang diambilnya ini membutuhkan proses bertahap mengingat banyaknya sektor pariwisata Riau yang belum sepenuhnya tergarap oleh pemerintah pendahulu-pendahulunya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/24122016/festivaleq-5419.jpgGubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman bersama istri, Sisilita pada Festival Equator 2016.

"Masih banyak yang mengeluhkan infrastruktur yang belum mendukung. Ini kita kerjakan bertahap, kami tidak diam. Semua badan, dinas hingga Pemda pun kami rangkul untuk bersinergi mengemas potensi wisata masing-masing,"

Sebagai bentuk keseriusannya mempromosikan pariwisata di wilayah kekuasaanya ini, Andi tak segan-segan blusukan hingga ke pedalaman Riau untuk mendatangi langsung obyek wisata-wisata yang ada di daerah. Mulai dari Festival Pantai Pesona dan Pantai Rupat Beting Aceh di Bengkalis, Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Maauwo Ikan dan Aghi Yayo Onam di Kampar, Istana Siak dan Tour de Siak, Bakar Tongkang di Bagan Siapi-api, Candi Muara Takus dan Tugu Equator di Kampar.

"Semuanya indah-indah dan memiliki nilai sejarah. Pariwisata kita buatkan tagline Riau Menyapa Dunia dan Riau The Homeland of Malay," tuturnya. ***