PEKANBARU - Terkait bentrokan berdarah antara warga dengan polisi di Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Kamis (25/8/2016), anggota DPRD Riau Drs. H. Rosfian mengaku sangat menyayangkan kurang harmonisnya hubungan aparat hukum dengan warga secara pribadi justru meluas dan melibatkan masyarakat banyak. Konflik tersebut terjadi, sebagai sebab akibat unsur-unsur tertentu yang melatarbelakangi.

"Kami sebagai wakil masyarakat di dewan sangat menyayangkan terjadinya kasus bentrok di Seltapanjang karena kurang sigapnya semua pihak mengambil langkah-langkah penyelesaian. Karena itu kedepan hal seperti jangan sampai terulang lagi," kata mantan Sekda Kabupaten Kepulauan Meranti tersebut, Jumat (26/8/2016).

Selatpanjang dan Meranti khususnya, lanjut Rosfian, disebutkan sebagai tanah jantan, karena daerah transit perlintasan antar pulau. Kondisi ini sangat memungkin terjadi gesekan. Oleh karena itu perlu penanganan khusus untuk meredam terjadinya konflik.

"Mencermati dari persoalan kemarin, saya minta Pemkab Meranti untuk mengevaluasi perizinan tempat hiburan malam. Karena di situ paling dominan terjadinya konflik. Jika perlu izin yang tak sesuai dicabut saja," ulas Rosfian.

Politisi PKB ini juga mengatakan, semua pihak diimbau untuk menahan diri agar tidak ada kejadian baru. Supremasi hukum tetap harus ditegakkan, baik masyarakat maupun aparat yang terlibat harus diberikan sangsi tegas.

Kasus bentrok berdarah di Selatpanjang kemarin terjadi buntut tewasnya Apri Adi Pratama (24), tersangka pembunuhan anggota polisi bernama Brigadir Adil S Tambunan. Apri dan Brigadir Adil terlibat perkelahian di depan Hotel Furama di Selatpanjang, Kabupaten Meranti, karena terlibat masalah perempuan.

Brigadir Adil tewas setelah terkena 5 tikaman. Setelah kabur, Apri berhasil ditangkap oleh polisi. Namun belakangan Apri dikabarkan meninggal dunia.

Warga yang mendapatkan kabar tersebut lalu bergerak ke RSUD Selatpanjang, kemudian menyerang Mapolres Meranti. Dalam bentrokan tersebut, seorang warga bernama Is Rusli turut tewas.***