SELATPANJANG - Menurut Pakar Lingkungan DR Elviriadi SPi MSi, bencana yang terjadi di berbagai belahan negeri Indonesia tidak semata faktor ekologis. Tetapi menyangkut hal-hal prinsip dalam bernegara.

Demikian diungkapkan Elviriadi, ketika berbincang-bincang dengan GoRiau, Senin (13/3/2017). Kata Elviriadi, bencana alam sangat erat dengan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 45 (PBNU) yang dinilai saat ini sedang mengalami krisis serius.

Kata Alumni Program Doktoral Managemen Lingkungan UKM Malaysia itu, sekarang sila-sila dalam Pancasila benar-benar reduktif. Keadilan sosial, musyawarah mufakat, persatuan bangsa telah digusur oleh konflik agraria. Pemanfaatan hutan mengesampingkan hak-hak masyarakat pribumi, dan hilangnya tradisi dialog yang saling memartabatkan.

Tambah pakar lingkungan UIN Suska ini lagi, begitu juga kebhinnekaan. Adanya hak-hak ulayat dan hukum adat dengan kearifan lokal yang luhur dan memelihara alam ciptaan Tuhan. Tapi faktanya, ruang ekspresi budaya ini terus tergerus dan dipaksa tunduk dengan hukum positif KUHAP.

"Sehingga tokoh adat harus mendekam dalam jeruji besi," kata Elviriadi.

Demikian dengan NKRI yang terus berkurang, batas pantai pulau terluar Indonesia dihantam abrasi. Pulau terluar seperti Pulau Rangsang, Pulau Padang, Tanjung Balai Karimun, tebingnya diterjang ombak. Sehingga, batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia menyempit tiap tahun. Di sisi lain, penurunan (subsiden) muka tanah gambut telah mengancam pulau kecil, yang menunggu waktu akan tenggelam. Diperparah pula dengan asap kebakaran menantang perang negara tetangga.

"NKRI kita sedang dipertaruhkan," kata lelaki tambun itu berapi-api.

Terakhir, kata Elv, UUD 45 yang mengatur bumi air dan kekayaan alam telah menjadi alat transaksi semata. Menurutnya, itu disebabkan politik yang belum punya platform, sangat pragmatis, jauh dari spirit the funding father (pendiri bangsa).

Akibat dari itu semua, aspek lingkungan dan hal-hal yang berjangka panjang lainnya, tidak dimasukkan dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Jadi, nantinya tidak usah kaget tribencana, banjir, longsor, kebakaran, rutin menyapa pertiwi.

"Tapi kita tak boleh pesimis, mari pulihkan percaya diri birokrat dan penegakan hukum kita. Tumbuhkan lagi idealisme berbangsa, insyallah kebaikan menyertai masa depan Indonesia," kata anak watan Kepulauan Meranti itu mengakhiri bincang-bincangan dengan GoRiau.com. *** #Semua Berita Kep Meranti, Klik di Sini