SELATPANJANG - Setelah berhasil diolah untuk arang briket dengan pasar internasional dan juga pengganti alas geotek jalan di atas tanah gambut, kini uyung atau kulit batang sagu sudah mulai merambah bisnis furnitur. Namun saat ini ketersediaan pasar masih menjadi kendala untuk berkembangnya usaha tersebut.

Firdaus, salah seorang pengrajin uyung sagu di Telukbelitung Kecamatan Merbau mengaku sudah mulai menghasilkan beberapa produk berbahan dasar uyung sagu. Mulai dari kursi dan meja ruang tamu termasuk kursi santai. "Tergantung pesanan. Kalau untuk harga bisa disesuaikan dengan budget konsumen," ujar Firdaus.

Ketua Koperasi Wirausaha Pokja Telukbelitung itu juga mengungkapkan pihaknya sudah memamerkan produk mereka dalam beberapa kesempatan, diantaranya Batam Expo beberapa waktu lalu. "Alhamdulilah, banyak juga yang tertarik. Apalagi ini diolah dari limbah yang selama ini hanya dibakar. Jadi memang saat ini kita masih dalam tahap pengenalan untuk pemasaran," tambahnya.

Lebih jauh diterangkannya, untuk menghasiilkan perabotan tersebut dibutuhkan batang sagu berumur 9 hingga 10 tahun atau sudah siap panen. Dibantu dua orang pekerja, kulit sagu yang dibeli dari kilang pengolahan terdekat kemudian diolah dengan cara dikikis dan dibentuk. "Kita gunakan baut dan lem. Kemudian dikasi clear agar mengkilap tetapi warna aslinya tidak hilang," katanya lagi.

Namun sejauh ini pihaknya masih pesimis dengan pemasaran produk mereka karena dirasa belum mendapat dukungan dari pihak pemerintah daerah. Untuk itu dia sangat berharap adanya perhatian dari instansi terkait sehingga pengembangan produk furnitur berbasis limbah sagu ini berjalan baik. "Jangan kasi kami modal tapi beri kami pasar. Soal kualitas tidak perlu diragukan lagi," ungkap Firdaus.

Nazarudin Nasir salah seorang tokoh masyarakat Kepulauan Meranti sangat mendukung upaya yang dilakukan Koperasi Wirausaha Pokja Telukbelitung itu. Selain dapat memanfaatkan limbah yang selama ini belum terolah maksimal, bisnis furnitur dari uyung ini tentunya menjanjikan lapangan kerja bagi masyarakat. "Saya sudah pesan beberapa unit. Harapannya selain untuk pemakaian sendiri juga untuk dipromosikan," imbuhnya.

Lebih jauh dia menyarankan agar Pemkab Meranti bisa mengakomodir potensi-potensi yang bisa mengangkat nilai ekonomis komoditi daerah. Dia juga menilai jika setiap dinas dan badan yang ada menggunakan produk uyung sagu sebagai perlengkapan furnitur kantor mereka tentu akan sangat membantu. "Mudah-mudahan ada kebijakan dari kepala daerah. Kalau semua kantor menggunakan perabotan uyung ini tentu bisa sekalian jadi ajang promosi produk daerah sendiri," tutur Nazarudin. (rls)