SELATPANJANG - Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, sangat dekat jaraknya dengan negara luar seperti Malaysia dan Singapore. Sedikit banyak, informasi dari negara tetangga itu bisa diakses dengan baik oleh masyarakat kabupaten termuda se Riau ini.

Berbicara masalah jarak, Kepulauan Meranti ke Malaysia lebih dekat jika dibandingkan dari Kepulauan Meranti ke Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Bahkan, sejak dulu (zaman Kerajaan Siak) hubungan negara serumpun ini sudah terjalin dengan baik. Baik bidang perdagangan, maupun tenaga kerja.

Karena jaraknya dekat, selain siaran TV dan Radio, tak jarang barang-barang produksi dari Malaysia dikonsumsi masyarakat Kota Sagu, termasuk juga pakaian.

Akses informasi mudah didapati lantaran sangat mudahnya menerima siaran baik radio maupun channel televisi milik negera tetangga Malaysia. Beberapa siaran radio yang pernah menjadi favorit diantaranya Best 104, Era FM dan lainnya. Sedangkan siaran televisi malaysia adalah TV1, TV2, TV3, TV7, TV9.

Siaran-siaran dari negara tetangga ini menjadi favorit karena selain mudah diterima, juga sangat dekat dengan gaya hidup sehari-hari. Sebut saja budaya dan bahasa, tidak jauh beda antara Melayu kepulauan di Riau dengan Melayu Malaysia.

Lagu-lagu dari Malaysia mulai tahun 1960-an hingga 1990-an masih melekat di hati masyarakat Meranti. Begitu juga film-film lama produksi Malaysia, seperti Film P Ramlee. Hampir semua ceritanya diketahui masyarakat Melayu Kepulauan.

Menanggapi hal ini, Kabag Kominfo Setdakab Kepulauan Meranti Syaiful Ikram mengaku memang ada dampak negatif dan positifnya dari siaran luar. Khusus di Kepulauan Meranti, dampak dari siaran luar tersebut tidak begitu mengkhawatirkan.

Dampak negatifnya adalah masyarakat bisa dengan jelas melihat perbandingan perkembangan negara Indonesia dengan Malaysia. Terutama dalam hal pembangunan, tentu ada daerah-daerah di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan Malaysia ataupun Singapura.

"Tapi tak begitu mengkhawatirkan. Karena sekarang warga kita di Pulau Terluar sudah bisa mengakses dengan baik siaran-siaran dari Indonesia. Tidak hanya siaran Malaysia," kata Syaiful.

Sedangkan dampak positifnya, tambah Syaiful, siaran dari Malaysia lebih memberikan pelajaran terutama budaya Melayu. Ini sangat cocok dengan masyarakat Kepulauan Meranti yang mayoritasnya Melayu. Sementara, hal itu jarang didapati dari siaran-siaran dalam negeri Indonesia.

"Dengan adanya siaran dari Malaysia, memberikan pelajaran bagi masyarakat, terutama masyarakat Melayu. Siaran kita tidak banyak memberikan contoh-contoh budaya Melayu itu seperti apa," jelas Syaiful.

Syaiful juga memastikan bahwa dampak budaya luar ke Kepulauan Meranti tidaklah mengkhawatirkan. Karena, Kepulauan Meranti dengan Malaysia dipisahkan oleh Selat dan Laut Lepas. Berbeda dengan daerah perbatasan di daratan Kalimantan, Sabah Serawak Malaysia dengan Indonesia. "Kita dibatasi selat dan laut, notabene masuknya pengaruh luar itu agak susah jika dibandingkan perbatasan dari daratan seperti Sabah Serawak- Indonesia," ujar Syaiful.

Meski tidak memberikan dampak yang mengkhawatirkan, Kominfo Kepulauan Meranti tetap mengimbau masyarakat agar meningkatkan rasa kecintaan terhadap NKRI. Tetap junjung tinggi bahasa, bangsa Tanah Air Indonesia. "Kita imbau kepada masyarakat agar tetap mengidolakan Bangsa Indonesia. Walaupun melalui media itu dapat melihat kemajuan negara lain, tapi negara kita tetaplah yang terhebat," imbau Syaiful.

Kedepan, Kominfo juga akan membuat program-program yang bisa mendongkrak rasa nasionalisme masyarakat terutama di Pulau Terluar Indonesia. Hanya saja, saat ini mereka masih melakukan pembenahan internal, pasca berpisah dari Dishub dan masuk ke salah satu bagian Sekretariat Daerah Kepulauan Meranti.

"Kita masih membenahi struktur interen. Namun, tidak salah juga kita menerima segala bentuk masukan lalu merancang program berkaitan dengan peningkatan rasa nasionalisme. Apalagi pulau terdepan ini kan mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat," jelas Syaiful. ***