MELANJUTKAN pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tentu menjadi mimpi semua anak-anak yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah. Namun, tak sedikit dari mereka terputus asanya ketika terbentur oleh ekonomi keluarga maupun tertolak oleh sistem penerimaan melalui tes atau ujian.

Seperti yang dialami Mahadir, salah seorang anak desa dari Pulau Padang, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti, Riau. Siswa jebolan SMAN 1 Merbau itu sempat tak lagi memiliki gairah hidup ketika gagal dalam SNMPTN tahun 2016. Waktu itu Mahadir mengikuti ujian masuk kuliah, namun Ia gagal setelah melihat pengumuman, namanya tidak tertera pada deretan nama calon mahasiswa yang diterima di beberapa perguruan ataupun jurusan.

Kekecewaan itu dibawa Mahadir pulang ke kampung halamannya

Dalam suasana kalut itu, Mahadir memperoleh informasi dari kantor desa, dimana waktu itu salah seorang humas PT RAPP Estate Pulau Padang yang bernama Yandi memberikan informasi bahwa ada kesempatan masyarakat Pulau Padang mengikuti seleksi beasiswa. Mahadir pun langsung mengambil brosur yang dibawa Yandi kemudian juga mengambil syarat-syarat yang harus dilengkapi guna mengikuti seleksi penerimaan beasiswa ikatan dinas tersebut.

Setelah brosur dan syarat diambil, Mahadir langsung melengkapi apa yang dibutuhkah.

Saat hendak mengumpulkan persyarakatan ke rumah Sekretaris Desa (Sekdes), waktu itu Mahadir mengaku terhenyak. Dimana, informasi yang Ia terima bahwa telah terlambat bagi dirinya untuk mengumpulkan persyaratan itu. Kabar ini membuat Mahadir dua kali merasa kecewa setelah sebelumnya tidak lulus dalam SNMPTN di Pekanbaru. "Yang jelas lemah terasa badan ini bang. Tidak ada harapan lagi untuk kuliah. SNMPTN tak lulus sedangkan hendak mengikuti program beasiswa PT RAPP katanya sudah terlambat memasukkan bahan persyaratan," ujar Mahadir kepada GoRiau melalui sambungan telepon selularnya, Jumat (4/8/2016) lalu.

Diceritakan Mahadir lagi, dalam suasanya yang begitu menyesakkan dada, kembali Ia mendapat berita menyenangkan. Dimana, pihak perusahaan (PT RAPP) membuka kesempatan bagi 10 besar siswa kelas IPA untuk program beasiswa. Mahadir pun disarankan pihak sekolah tempatnya menuntut ilmu untuk kembali mengikuti program tersebut. Mahadir kembali bersemangat mengurus persyaratan yang dibutuhkan.

Tapi, belum lagi sampai ke titik dimana Ia harus mengasah otak dan beradu ketangkasan merebut peluang beasiswa, Waka Kesiswaan yang mendorong Ia agar ikut program PT RAPP ini, malah dikabarkan berhenti dari jawabatan. Mahadir merasa kerjanya mulai terbengkalai. Orang yang selalu menjadi tempatnya berkoordinasi dan bertukar fikiran kini tak lagi di sekolah tersebut. "Tak mau kehilangan kesempatan, saya minta langsung nomor Bang Yandi dari pihak sekolah. Saya langsung menghubungi Bang Yandi itu menanyakan perihal beasiswa PT RAPP," kata Mahadir lagi.

Saat mengobrol bersama Yandi itu, Mahadir mengaku sedikit lega. Sebab, menurut informasi dari Yandi, masih ada kesempatan bagi anak-anak pulau padang untuk mengumpulkan persyaratan guna mengikuti program beasiswa tersebut. Namun, waktu itu yang mengikuti program beasiswa diminta mengumpulkan persyaratan ke Desa Tanjungpisang, Pulau Padang. Jarak dari tempat tinggal Mahadir sekitar belasan kilo meter ke Tanjungpisang, dan harus melewati jalan yang tidak begitu mulus.

Saat hendak ke Tanjungpisang itu, Mahadir malah tak bisa pergi. Menurut anak ke 3 dari 5 bersaudara ini, Ia diminta pihak sekolahnya agar membawa siswa ke Selatpanjang untuk bertanding. Mahadir yang waktu itu sudah berjanji ke pihak sekolah mau tak mau menurutinya. Sepanjang perjalanan ke Ibukota Kepulauan Meranti, Mahadir mengaku tak tenang. Sebab, persyaratan mengikuti program beasiswa itu dititipkan ke temannya. "Jujur saya tidak tenang. Persyaratan saya titip ke teman untuk diantarkan ke Tanjungpisang, saya bekali teman dengan uang Rp20 ribu siapa tau untuk biaya fotokopi dan lain-lain," ujar Mahadir juga.

Rupanya, uang yang dititipkan Mahadir itu malah tidak cukup. Biaya yang harus dikeluarkan untuk fotokopi dan lain-lainnya melebihi dari ketersediaan uang (Rp20 ribu tersebut, red). Mahadir pun semakin bingung, kemudian Ia minta bantu sama temannya untuk menutupi kekurangan uang dan berjanji akan menggantikan. "Walau belum nampak dimana uang untuk menggantikan pinjaman sama teman," cerita Mahadir.

Setelah semuanya dilalui, singkat cerita Mahadir akhirnya dihubungi pihak perusahaan perihal jadwal dan tempat test penerimaan beasiswa. Mahadir kembali mengaku drop dan galau. Pasalnya, test hanya dibuka di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Sementara, untuk bepergian Mahadir mengaku kesusahaan biaya, lantaran kondisi perekonomian keluarga yang memang tidak memungkinkan. "Saya mikir, kok test nya jauh sekali. Kenapa tak di Pulau Padang saja. Saya berfikir mau pakai uang mana buat berangkat ke Pelalawan," ujar Mahadir.

Namun, berdasarkan obrolannya sama Yandi, Mahadir mengaku ada kekuatan tersendiri. Yandi coba menyakinkan Mahadir bahwa ada fasilitas yang telah disiapkan pihak perusahaan. Mahadir hanya perlu memikirkan uang saku. Sehingga, berangkatlah Mahadir ke Pangkalan Kerinci, dan sampai ke tempat tes pukul 16.00 sore.

Selama di Pangkalan Kerinci, jelang test pada pagi hari, Mahadir memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar. Mahadir mengaku harus belajar manual tanpa dibantu internet. Sebab, Hp yang digunakannya tidak dilengkapi fitur browsing sebagaimana teman-teman lain yang berasal dari beberapa daerah. Mahadir menggunakan Hp yang hanya bisa untuk teleponan dan sms-san. "Hp ku tak bisa internet bang, makanya belajar manual. Sampai tengah malam saya membaca," aku Mahadir.

Berkat usaha yang maksimal, serta doa kedua orang tua. Mahadir akhirnya dinyatakan lulus setelah mengikuti test tertulis dan test wawancara. Mahadir lulus dalam seleksi beasiswa di Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta.

Tak Sesuai Cita-cita

Ketika disinggung tentang cita-cita, pemuda berusia 20 tahun itu mengaku apa yang Ia peroleh hari itu sangat tidak sesuai dengan cita-cita. Dimana, Mahadir sebetulnya ingin kuliah di Ilmu Pemerintahan. Sebab, Mahadir mengaku Ia tipe orang yang senang berkecimpung dengan orang banya. Ia juga mengerti betul keluh kesah orang yang ekonominya berada di bawah garis standar (miskin, red). Ia berfikir seandainya jadi pejabat di daerah, Ia akan membantu banyak orang, yang mana memang orang tersebut susah ekonominya.

"Tapi Allah berkata lain. Mungkin inilah yang terbaik untuk saya. Kalau memaksa kehendak kuliah di Ilmu Pemerintahan, mungkin bagus untuk Mahadir, tetapi belum tentu bagus menurut tuhan dan orang tua kita. Guru di sekolah juga menyampaikan tidak semua yang kita impikan bisa didapati," ujar Mahadir juga.

Mahadir mengaku akan memanfaatkan betul kesempatan belajar dari PT RAPP ini. Meski ada ikatan dinas dengan perusahaan kertas tersebut, Mahadir mengaku tetap akan memberikan yang terbaik untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya. Mahadir mengaku akan memperbaiki ekonomi keluarga sekaligus memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa untuk kuliah tidak butuh biaya besar, karena banyak kesempatan beasiswa. Asalkan, siswa mempunya keterampilan dan kebolehan. ***