NATUNA - Hari senin, (12/03/2018) menjadi hari sial bagi salah seorang staf bupati Natuna. Gara-garanya ia ketahuan masuk WC (toilet) yang ada di ruangan kerja Bupati lantai II Bukit Arai.

Seorang staf berjenis kelamin laki-laki yang berbadan tegap ituvpun tak pelak langsung kena damprat dan makian sang Bupati Natuna, Hamid Rizal.

Makian dan cacian terus dilontarkan, meskipun staf tersebut berkali-kali menyebut ia hanya membersihkan WC itu dan tidak menggunakannya.

"Saya hanya membersihkan saja pak," ucap staf itu seperti dikutip GoNews.co dari Radarkepri.

Namun, Hamid tetap tidak percaya dengan penjelasan itu, bahkan makin marah. Hamid tetap mengucapkan kata kata kersa. "Kurang ajar kau, WC Bupati dipakai, tidak ada otak anak ini," ujar Hamid marah.

Tidak cukup disitu saja, saking jengkelnya Hamid, juga mengucapkan kata-kata ancaman. "Pecat anak itu, kurang ajar dia, WC Bupati dipakai, kan masih banyak WC yang lain," tegasnya dengan suara lantang, dihadapan puluhan wartawan yang diundang bupati siang itu.

Menanggapi sikap Hamid yang marah gara-gara WC-nya dipakai staf tersebut, salah seorang tokoh masyarakat Natuna M. Tahar mengatakan, seharusnya tidak pantas hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin.

"Sebenarnya kalau seorang pemimpin itu marah, tidak tepat kalau memaki stafnya dihadapan orang ramai. Soal marah siapa saja boleh marah, tetapi caranya itu. Jangan marah sampai mempermalukan orang yang kita marahi. Kan banyak cara untuk memarahi staf yang salah itu, yang pasti jangan dihadapan orang ramai," sarannya.

"Kita kan umat Nabi Muhammad, ada kisah seorang pemuda Badui, yang kencing di dalam mesjid. Apakah saat itu nabi marah, tidak kan, padahal para sahabat semuanya sudah marah mau memukuli budak Badui tersebut, tetapi dilarang nabi. Bahkan nabi membiarkan sampai yang bersangkutan menyelesaikan buang air dulu," tandasnya.

"Setelah orang itu selesai, barulah nabi mendekati dan memeberi tahu bahwa itu bukan tempat buang air kencing, terapi melainkan tempat beribadah salat. Dan akhirnya apa? Malu sendiri, minta maaf, begitu seharusnya," paparnya.

Bupati itu, kata dia, harus sadar kalau ia besar dan bisa menjadi pemimpin hasil amanah yang diberikan masyarakat. "Tanpa masyarakat seseorang tidak dapat jadi bupati. Dia seharusnya juga sadar kalau ia juga sering salah. Saya yakin Bupati sering banyak salah kepada Allah, sering lalai dalam salatnya atau kebijakan lainya," tukasnya.

Namun kata dia, Allah tidak langsung memberikan azabnya. "Ini baru WC Bupati yang dipakai staf sudah marah betul. Seharusnya kalau dia itu seorang yang berilmu, tentu tidak begitu sikapnya dalam mengendalikan amarahnya. Kita harus sadar semua yang kita perbuat di dunia ini akan dipertanggungjawaban di akhirat nanti," pungkasnya. ***