PEKANBARU - Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) setidaknya mencatat sebanyak 632 titik panas sepanjang 2016 hingga Agustus ini. Bayang-bayang bencana kabut asap pun dirasa masih mengancam Provinsi Riau yang mempunyai hektaran lahan gambut.

"Pola pengelolaan lahan dan hutan di Riau belum secara signifikan membaik. Kebiasaan membakar lahan masih ada di masyarakat. Sepanjang tahun ini saja sudah muncul 632 titik panas," ungkap Koordinator Jikalahari, Woro Supartinah saat membuka diskusi publik dalam mencegah dan memberantas karlahut di Riau, Rabu (24/8/2016) di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.

Jika ditelisik kembali, Jikalahari mencatat bencana asap muncul kembali sejak Agustus 2015. Dimana satelit Tera dan Aqua Modus menunjukkan ada sebanyak 687 titik panas (hotspot) dengan level confidence 70 persen. "Hingga September 2015 malah titik panas makin menjadi-jadi sampai 1.862 titik panas," imbuh Woro.

Berkaca pada tahun lalu yang sangat disayangkan, Woro tidak ingin lantaran ketidaksiapan pemerintah dalam antisipasi karlahut lantas masyarakat menjadi dirugikan.

"Cukuplah tahun lalu Riau dilanda asap. Tahun ini jangan sampai terulang kembali," terangnya. ***