PADANG - Harga jengkol yang tetap mahal di pasaran dan signifikan menyebabkan terjadinya inflasi di Sumbar, warga diminta konsumsinya dikurangi. Bahkan saat bulan puasa dan jelang lebaran, harga jengkol jelas akan tambah mahal, karena tingginya konsumsi masyarakat.

Hal ini dikatakan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, saat berbicara pada acara pertemuan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Padang, Selasa (10/5/2016). Tampak dalam acara para kepala daerah, BPS, pelaku ekonomi dan Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko.

Kampanye pengurangan makan jengkol, juga bisa dilakukan melalui tokoh agama, karena makan jengkol hukumnya makruh. Hal yang makruh, kalau ditinggalkan berpahala dan dikerjakan memang tidak berdosa.

"Namun karena kebiasaan, di Sumbar, berapapun mahalnya jengkol juga dibeli, karena tidak enak makan tanpa jengkol," kata gubernur.

Sedangkan berbicara inflasi, gubernur minta seluruh kepala daerah mengantisipasinya dengan selalu melakukan ketersediaan komoditi di pasar, seperti beras, cabai, BBM, telur ayam ras, daging ayam ras.

"Kepala daerah harus mengawasi ketersediaan pasokan berbagai komoditi di pasaran, guna mencegah terjadinya inflasi saat bulan puasa dan lebaran," kata Irwan.

Sedangkan soal naiknya tiket pesawat saat bulan puasa dan lebaran, dan mengakibatkan angka inflasi, gubernur akan menyurati Menhub RI soal tarif atas dan tarif bawa harga tiket. Juga, akan meminta perusahaan penerbangan bisa ditambah jumlah penerbangan alias extra flight saat bulan puasa dan lebaran.

Namun demikian, datangnya bulan puasa dan lebaran harus disyukuri dan disambut denfan baik, apalagi kedatangan para perantau ke kampung.

"Yang jelas perantau yang pulang akan bawa uang dan akan dibelanjakan di kampung. Ini akan menambah peredaran uang di Sumbar. Makanya, ketersediaan komoditi untuk dimakan atau dibeli harus tetap stabil," kata Irwan. (***)