BENGKALIS - Imunisasi MR adalah kombinasi vaksin campak atau measles (M) dan rubella (R). Imunisasi ini digunakan untuk perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella.

Campak dan  rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran napas yang disebabkan oleh virus. Anak dan orang dewasa yang belum pernah mendapat imunisasi campak dan rubella atau yang belum pernah mengalami penyakit ini, berisiko tinggi tertular.

Berdasarkan laporan 12 rumah sakit di Indonesia sepanjang  tahun 2010 s/d 2015,  ditemui 23.164 kasus penyakit campak (measless) dan 30.463 kasus penyakit rubella. Di Kabupaten Bengkalis sendiri terdapat satu kasus bayi lahir dengan ciri-ciri rubella, yaitu kebocoran jantung dan katarak pada mata.

Dari hasil pemeriksaan sampel darah bayi tersebut, dinyatakan positif rubella. Bayi tersebut tinggal di Kecamatan Bantan, tepatnya di Desa Bantan Tua. Bayi tersebut akhirnya meninggal 16 hari setelah kelahirannya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis mengimbau masyarakat mengenali penularan penyakit disebabkan virus tersebut. Penyakit rubella dalam istilah umum di Bengkalis dikenal dengan buah kayu empap-empap. Resiko terhadap penyakit rubella adalah pada anak perempuan yang terpapar rubella, maka pada usia dewasa dia akan menikah dan cenderung membawa virus rubella yang akan menyebabkan janin menjadi cacat bawaan ketika lahir.

"Penularan rubella bisa terjadi kepada ibu hamil trisemester I yang terpapar atau kontak dengan penderita rubella atau buah kayu empap-empap," ungkap Kepala Dinkes Kabupaten Bengkalis, Supardi.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/17102018/2jpg-7653.jpgPlt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, Supardi turun langsung melakukan sosialisasi pentingnya imunisasi measles dan rubella ke sekolah-sekolah.

Tidak ada pengobatan untuk penyakit campak dan rubella, namun penyakit ini dapat dicegah. Dan imunisasi dengan vaksin MR adalah pencegahan terbaik untuk penyakit campak dan rubella.

Saat ini baru ada 3 negara produsen Vaksin MR, yaitu Tiongkok, tetapi belum memenuhi standar yang telah ditetapkan WHO (Badan Kesehatan Dunia PBB. Selanjutnya Jepang, tapi hanya untuk pemakaian dalam negeri mereka saja dan tidak diekspor ke negara lain.

Kemudian vaksin yang diproduksi oleh Serum Institue Of India yang diimpor oleh PT BIO Farma. Vaksin ini juga yang dipakai oleh semua negara seperti Iraq, Iran, Sudan, Yordania, Yaman, Afghanistan, Mesir, Saudi Arabia, Singapura dan Malaysia

"Oleh sebab itu, kami mengimbau kepada masyarakat agar dapat mengimunisasikan anaknya, apalagi fatwa MUI telah jelas menyatakan bahwa imunisasi ini mubah," imbau Supardi.

Satu vaksin MR diketahui bisa mencegah dua penyakit sekaligus. Sebenarnya hal yang wajar jika masyarakat mengkhawatirkan efek samping vaksin setelah melakukan imunisasi. Menurut National Health Service, semua vaksin memang berpotensi menyebabkan efek samping pada beberapa orang. Namun efek samping ini cenderung ringan dan tidak berlangsung lama.

Selain itu, tidak semua orang akan mengalami efek samping ini. Efek samping yang biasa terjadi setelah melakukan vaksinasi antara lain; reaksi suntikan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan (ruam pada kulit), demam ringan, gemeta, lemas, sakit kepala, nyeri sendi dan otot

Sedangkan efek samping yang sangat langka adalah reaksi alergi langsung, atau yang dikenal sebagai syok anafilaksis. Syok anafilaktik atau anafilaksis adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena dapat mengancam nyawa orang yang memiliki alergi ini.

Reaksi alergi ini dapat berkembang dengan cepat. Namun hal ini sangat jarang terjadi, kurang dari satu di antara satu juta kasus.

Menurut Supardi, landasan yuridis imunisasi MR adalah UUD 1945, UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (2), UU  Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.  

Per 10 Oktober 2018, pencapaian target imunisasi MR di Negeri Junjungan baru sebesar 45,06 % atau sebesar 72.465 dari 160.828 sasaran anak usia di bawah 1 tahun s/d 15 tahun. Sementara Pemerintah Pusat mentargetkan pencapaian minimal 95 %. Untuk tingkat Provinsi Riau, Kabupaten Bengkalis berada di urutan ke-5, yaitu setelah Kuansing , Pelalawan , Inhu , Rohil dan Bengkalis.

Sosialisasi

Untuk itu, Dinas Kesehatan Bengkalis memastikan terus melanjutkan pelaksanaan vaksinasi MR sesuai dengan instruksi dari Kementrian. Menurut Supardi, kegiatan vaksinasi MR ini sudah disosialisasikan dan advokasi dari tingkat kementrian sampai ke kabupaten. 

"Program imunisasi ini menyeluruh di tingkat kementrian sampai kabupaten. Kita sebagai Dinas Kesehatan sebagai pelaksananya ditingkat kabupaten," terang Supardi.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/17102018/3jpg-7652.jpgSiswa antusias mengikuti sosialisasi pentingnya imunisasi measles dan rubella.

Pelaksanaan imunisasi MR ini, sesuai dengan instruksi dari pusat dilakukan di luar Pulau Jawa termasuk Sumatera pada tahun 2018 pada bulan Agustus dan September. Untuk bulan Agustus dilaksanakan mulai tanggal 1 ini. 

"Namun memang ada terkendala di sejumlah sekolah. Karena adanya sejumlah wali murid yang menanyakan tentang lebel halal vaksin MR yang digunakan," terang Supardi. 

Terkait lebel ini merupakan wewenang dari MUI, Pihak Dinas Kesehatan Bengkalis hanya melaksanakan program Kementerian Kesehatan. Program dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kementrian. Dimana vaksinasi dilakukan sebagai bentuk pencegahan penyakit Campak dan Rubella terhadap anak anak pada umur 9 bulan sampai 15 tahun. 

"Penyakit Rubella ini memang belum ada ditemukan obatnya. Jadi yang kita lakukan program pusat yakni berupa pencegahan dengan vaksinasi MR," terang dia. 

Untuk permasalahan halal tidaknya vaksinasi ini memang kewenangan dari MUI. Namun sebelum pelaksanaannya pihaknya sudah diberikan salinan fatwa MUI nomor 4 tahun 2016 oleh Kementrian terkait tentang pelaksanaan imunisasi. 

"Fatwa ini menjadi landasan dalam melaksanakan imunisasi dimana berdasarkan fatwa ini imunisasi dilakukan hukumnya mubah," terang Supardi.

Pihak Dinas Kesehatan Bengkalis hanya melaksanakan program nasional dari Kementrian sesuai dengan tugas dan fungsi pokok yang diemban. Untuk itu pihaknya meminta tenaga medis terus melakukan imunisasi ini.

"Jadi vaksinasi MR terus kita jalankan sesuai program pusat hanya saja kita berikan kepada anak yang orangtuanya tidak ragu ragu. Kalau ada orang tua yang masih ragu bisa berkonsultasi kepada petugas kesehatan atau pihak yang lebih mengetahui vaksin MR ini," tambahnya.

Dengan berkonsultasi bisa menimbulkan ketidak raguan. Sehingga anak anak bisa diberikan vaksinasi MR dan terhindar dari penyakit rubella yang berdampak membahayakan kesehatan anak. 

 "Dalam pelaksanaan imunisasi vaksinasi MR ini belum ada intruksi untuk ditunda atau lainya. Sehingga kita tetap berjalan, sesuai aturan dan ketentuan yang ada," tandasnya.

Dinas Kesehatan terus melakukan sosialiasi dan memberikan motivasi terhadap anak balita yang akan diimunisasi campak dan rubela. Sosialisasi langsung kepada para orang tua dengan memberikan penjelasan pentingnya imunisasi ini dan dampaknya jika tidak diimunisasi.

“Kita lihatkan gambar , foto, dan alat peraga lainnya untuk menjelaskan secara nyata. Tentang dampak jika terinfeksi campak dan rubela dan kita juga melakukan koordinasi kepada  Kepolisian, TNI, Dinas pendidikan, Kemenag, MUI Bengkalis, Camat serta instansi lainnya utk memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Imunisasi ini. Kemudian setiap hari jam kerja, di setiap puskesmas, melayani imunisasi ini,” ujarnya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/17102018/4jpg-7651.jpgPlt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, Supardi turun langsung ke sekolah mengecek pelaksanaan imunisasi measles dan rubella

“Kami tim Diskes akan terus memantau dan memonitoring jalannnya kampanye imunisasi campak dan rubela, terutama tempat-tempat yang ada kendala pelaksanaannya,”  tambahnya.

Selain itu kata Supardi, Diskes akan terus melakukan koordinasi kepada Kadisdik dan instansi terkait untuk menyukseskan program ini. Ia juga mengimbau kepada orang tua yang mempunyai anak balita, datang cepat sebelum terlambat karena vaksin fungsinya untuk kekebalan tubuh dan obat lainnya belum ditemukan.

“Ini adalah satu-satunya. Bagi yang masih ragu segera berkonsultasi degan petugas medis atau dengan yang memahami tentang vaksin ini,” imbaunya

Imbauan MUI 

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bengkalis mengimbau masyarakat Bengkalis tenang dan menyampaikan penggunaan vaksin  MR ini mubah (boleh). MUI Bengkalis membenarkan bahwa hasil pemeriksaan LPP-POM beberapa hari yang lalu menunjukkan bahwa vaksin MR mengandung unsur babi dan organ manusia.

Namun MUI  mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Bengkalis baik yang sudah divaksin maupun yang belum untuk tenang. Hal ini sesuai dengan hasil rapat pleno Komisi Fatwa MUI Pusat bahwa vaksin yang mengandung bahan yang haram boleh digunakan. Alasan daruratnya karena sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang halal.

"Dengan demikian, setelah keluarnya fatwa MUI ini, umat Islam tidak perlu khawatir dan ragu lagi mengenai status hukum vaksin MR," jelas Ketua MUI Bengkalis, Amrizal

Pihak MUI berharap ke depan agar hal yang serupa tidak berulang lagi.

Koordinasi antara Kementerian Kesehatan dan MUI harus dilakukan sebelum pencanangan imunisasi, karena masalah vaksin tersebut juga berkaitan masalah keimanan bagi seorang muslim

Artinya, MUI Bengkais sudah memberikan pandangan terhadap vaksin MR ini dan bagi pemerintah ini penting karena belum ada alternatif lain, artinnya kita menyerahkan sepenuhnya kepada penilian masyarakat bahwa kesehatan dan menjaga anak sangat penting.

Kita serah kepada penilian msayarkat dan kita berharap pemerintah dapat mengedukasi masyarakat srata sosialisasi program ini secara baik dan juga memberikan pemahanman yang benar.

“Sehingga masyarakat mempunyai pandangan yang lebih bijak dalam menggunakan vaksim MR ini demi kesehatan anak. Untuk itu kiranya dapat dapat diberi ruang untuk sosialisasi kepada masayarakat akan perlunya vaksin ini,” harapnya.

Edukasi

Pandangan serupa disampaikan Anggota Komisi IV DPRD Bengkalis, Syaukani. Menurutnya, MUI Bengkalis sudah memberikan pandangan atau pendapat terhadap vaksin MR ini. Sementara bagi pemerintah MR ini penting karena belum ada alternatif lain.

“Semua kembali lagi kepada masyarakat untuk menilainya. Yang terpenting adalah Dinas Kesehatan kita harapkan jangan pernah berhenti melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi akan pentingnya vaksinasi MR ini dalam upaya menjaga kesehatan anak,” ujarnya.

Ia juga berharap kepada pemerintah mulai dari pusat sampai ke daerah memberikan pelatihan khusus kepada petugas untuk mengedukasi dan memberikan pemahanman yang benar kepada masyarakat. Sehingga masyarakat mempunyai pandangan yang lebih bijak dalam menggunakan vaksin MR ini demi kesehatan anak.

Edukasi yang dimaksud Syaukani ini adalah bagaimana petugas medis di lapangan diberi pengetahuan atas hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan imunisasi terhadap anak, sehingga tidak menimbulkan efek negatif setelah dilakukan imunisasi.

Misalnya, tambah Syaukani, sebelum dilakukan imunisasi petugas di lapangan harus memastikan anak dalam keadaan sehat, tidak sedang batuk, pilek atau diare atau rewel karena merasa tidak nyaman. Bukan asal memberi imunisasi saja, tanpa bertanya atau memeriksa kondisi kesehatan  si anak.

Kemudian imunisasi henkdanya dilakukan oleh petugas yang  terampil dan memberikan  penjelasan akan efek samping dari imunisasi ini kepada orangtua. Dan tak kalah penting adalah Dinas Kesehatan harus memastikan bahwa vaksin yang digunakan masih baik, dicek betul cara penyimpanan dan batas kedaluwarsa vaksin.

“Jika hal-hal seperti ini dapat dilakukan secara baik dan benar, saya yakin efek negatif dari imunasi yang sering dikhawatirkan masyarakat itu akan sirna. Dengan begitu masyarakat tidak akan ada lagi rasa was-was atau menolak anaknya untuk diimunisasi karena setiap orang tua sudah paham bahwa imunisasi yang dilakukan dengan cara yang baik dan kandungan yang baik sangat berguna mengurangi risiko penyakit-penyakit berbahaya,” tutup Syaukani. ***