PEKANBARU - Hujan lebat sepanjang minggu ini membuat kota Pekanbaru, Riau kembali direndam banjir. Banjir tampak menggenangi simpang Tabek Gadang Panam, Pasar Sail Kulim, sampai ke jalan-jalan protokol.

Menyoroti fenomena alam tahunan itu, pakar lingkungan DR.Elviriadi mengatakan aliran air di sepanjang Kota Pekanbaru cenderung deadlock.

''Ya, saya lihat pola drainase dan pembangunan gedung baru membuat air terkurung sehingga meluber ke fasilitas umum,'' ujar Kata Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu.

Dikatakan, pola drainase seharusnya curam ke hilir sehingga air cepat meluncur. Faktanya perbaikan jalan dan drainase terfragmentasi, maka itu bentuk drainase kelihatan sempit-lebar, mengular bahkan berlekuk lekuk.

Selain itu, tambah dosen Fapertapet UIN Suska Riau itu, air terkurung oleh hasrat semenisasi tanah yang menjadi-jadi dewasa ini. Akibatnya daerah untuk resapan curah hujan makin menyempit. ''Orang kalau belum disemen lokasi tinggalnya masih merasa kampungan. Padahal di Amerika, Malaysia dan beberapa kota di Jepang sudah merubah orientasi teras (semen) ke habitat alami,'' ujar alumni UKM Malaysia itu.

Ia menganalisis, tata ruang Kota Pekanbaru telanjur crowded (kacau). Hotel-hotel muncul belakangan dengan pesat, tanpa perhitungan jangka panjang, padahal seperti di Simpang Harapan Raya, dataran rendah dan merupakan titik konsentrasi resapan air wilayah Tangkerang.

''Saya kira perlu koreksi radikal oleh Dinas terkait khususnya Pak Walikota. Walaupun sudah agak terlambat, namun upaya meminimalisir resiko ''berkuah'' masih mungkin dilakukan,'' tutupnya. ***