JAKARTA - Pemerintah seharusnya segera menaikkan harga jual bahan bakar minyak khusus premium untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan.

Hal ini dikemukakan Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani, Jumat (14/9/2018). Rosan menilai, pemerintah memang sudah sepatutnya melepas harga bensin sesuai mekanisme pasar.

"Menurut kami, ujungnya harus dilepas karena itu salah satu yang berkontribusi besar," kata Rosan, Jumat (14/9/2018).

Sebelumnya, riset Bank Mandiri juga menyarankan pemerintah untuk menaikkan harga BBM.

Menaikkan harga BBM merupakan salah satu solusi menyelesaikan defisit transaksi berjalan untuk menyelamatkan rupiah. Pasalnya, dari periode Januari-Juli 2018, defisit migas sudah mencapai US$6,65 miliar, atau sekitar Rp98 triliun menggunakan kurs rupiah saat ini. Nilai itu melambung sekitar 45% dari capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar US$4,62 miliar.

Jika laju defisit perdagangan migas ini tidak ditahan, bukan tidak mungkin besar defisit di tahun ini bisa menyamai rekor defisit terparah yang dicapai pada tahun 2014 lalu sebesar US$13,13 miliar (Rp183,82 triliun).

Sebagai informasi, harga BBM di Indonesia masih lebih murah dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Mengutip data dari Global Petrol Prices per 10 September 2018, harga BBM di Indonesia ada di kisaran US$0,67/liter. Jika menggunakan kurs Rp 14.000/US$, maka harganya sekitar Rp9.380/liternya.

mengutip data Bloomberg, harga BBM di Indonesia juga masuk ke dalam daftar 10 besar negara yang memiliki harga BBM termurah, di periode kuartal II-2018. Dengan harga BBM di kisaran US$0,68/liter, Indonesia duduk di posisi ke-8 dari 61 negara yang disurvei, satu posisi di bawah Malaysia.

Selain itu, menahan harga BBM di tengah kenaikan harga minyak bisa berdampak pada kas keuangan Pertamina akan tertekan sebesar Rp 2,8 triliun untuk setiap US$ 1 kenaikan harga minyak dunia. Ini belum memperhitungkan dampak depresiasi nilai tukar.

Setiap Rp 100 depresiasi rupiah terhadap dolar AS, kerugian operasional perusahaan pelat merah tersebut diperkirakan mencapai Rp 1,6 triliun. ***