JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko tidak hanya konsens pada pertanian, sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga menjadi perhatiannya. Kenapa? UMKM itu memilik peranan penting dalam perekonomian nasional.

Menurut Moeldoko, dalam dua tahun ini, jumlah UMKM terus meningkat. Pada 2016 lalu, jumlah UMKM sekitar 57,9 juta. Pada 2017, pelaku UMKM mencapai 59 juta.

"Di Indonesia dan ASEAN, UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian, sekitar 88,8-99,9 persen usaha di ASEAN adalah UMKM. Sektor itu mampu menyerap tenaga kerja di kisaran 51,7-97,2 persen," jelas Moeldoko, Selasa (16/1/2018).

Khusus di Indonesia, lanjut Moeldoko, UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99 persen dari total keseluruhan pelaku dunia usaha. Namun, pelaku UMKM sering menghadapi kendala. Baik dari internal maupun eksternal.

Ketua Umun Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini membeberkan, ada sejumlah ketakutan yang sering dihadapi pelaku UMKM. Di antaranya adalah ketakutan berada di zona tidak nyaman, takut terlihat berbeda, takut terhadap reaksi yang tak diinginkan, takut melangkah untuk berubah, dan takut berkonfrontasi dengan orang lain.

"Selain itu, pelaku UMKM juga takut dihakimi, takut menghadapi perubahan situasi, takut saat organisasi menghadapi masalah, dan takut menghadapi kegagalan," sebut Moeldoko. 

Atas kondisi itu, pria kelahiran Kediri, Jawa Timur inj merasa terpanggil menularkan semangat leadership dan keberanian terhadap para pelaku UMKM.

“Semua orang pasti memiliki rasa takut. Namun, pemenang tidak akan lahir jika terus-terusan dibayangi ketakutan. Pemenang akan lahir jika mampu mengalahkan rasa takut,” ujarnya.

Menyadari bahwa UMKM memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian, Moeldoko tak henti-hentinya menyemangati para pelaku UMKM.

"UMKM memberikan multiefek yang besar. UMKM bisa menggerakkan ketahanan keluarga dan wilayah. Sebab, pelaku UMKM menggaji karyawan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” imbuh Moeldoko. 

Moeldoko menambahkan, UMKM juga memberikan sumbangsih yang tak sedikit kepada negara. Salah satunya dari pajak. Dari pajak UMKM, negara bisa membuat banyak program. Misalnya, pendidikan dan kesehatan gratis.

“Kontribusi pelaku UMKM sangat besar. Namun, strategi marketing saat ini dan ke depan tidak lagi berorientasi pada whats the customer wants. Tetapi lebih pada whats the customer needs,” tutur Moeldoko. 

Moeldoko yang merupakan Pendiri "Sahabat UMKM" ini mengatakan, perkembangan teknologi tidak bisa dihindari oleh pemilik UMKM. Sehingga mereka harus siap menghadapi persaingan bebas.

"E-commerce ke depannya akan menjadi jembatan bagi yang produknya bagus, tapi belum terangkat masih 'offline' dan ke depan jadi 'online'. Ini akhirnya mobilitas produsen dengan konsumen semakin dekat. Ini tidak bisa dielakkan dalam globalisasi ini," ujarnya. 

Kemajuan teknologi ini, lanjutnya, juga menjadikan pasar semakin terbuka, baik secara teknologi ataupun yang lain. Kondisi ini juga memicu berbagai kondisi, salah satunya bisnis yang harus bertahan. UMKM justru lebih bisa bertahan ketimbang perusahaan besar. Korporasi besar akan menghadapi gejolak dan tidak bisa dihindari seperti pengurangan tenaga kerja. Hal ini berbeda dengan UMKM, yang juga sebagai upaya memunculkan gelombang tenaga kerja baru.

"Saya melihat perkembangan cukup bagus dan UMKM ini ke depan solusi. Korporasi besar akan menghadapi gejolak dan ini tidak dihindari seperti halnya pengurangan tenaga kerja. Jika tidak diantisipasi dengan baik, pasti akan memunculkan kegoncangan. UMKM ini keseimbangan baru, di satu sisi akan memunculkan gelombang tenaga kerja baru tinggi ke depan," pungkasnya. ***