SELATPANJANG - Sanggar Seni Kepurun Desa Alai Selatan telahpun memutar perdana film Bakung di Tepi Tasik, Sabtu (30/1/2016) malam. Berbagai masukan pun diberikan ke sanggar yang digawangi Saipul Rizan itu.

Seperti yang disampaikan Presiden Komunitas Seni Muda Bernas (Kemas) Kepulauan Meranti, Berty Asmara. Usai menonton, dalam diskusi singkat, Berty melihat ada kelemahan pada dialog antar pemain.

Dimana, laki-laki yang memang basic bahasa ini mengatakan bahwa dialog antar pemain itu terlalu cepat. Penggunaan bahasa melayu (bahasa tempatan, red) dengan logat yang begitu cepat bisa membingungkan bagi orang yang tidak mengerti bahasa melayu.

"Kalau yang menonton itu masyarakat Meranti, mungkin mereka mengerti. Kalau disaksikan orang lain, mereka pasti akan kebingungan," kata Berty memberikan masukan.

Kemudian, di sisi syuting, Rudy Rizal alias Rudi Kodon mengatakan, ada beberapa kelemahan. Rudi Kodon yang lebih banyak mengulas tentang teknik pengambilan gambar memaparkan kelemahan dan memberikan masukan-masukan agar kedepan bisa lebih dimaksimalkan lagi.

Selain itu, Rudy tidak menampik bahwa dalam editing gambar (video, red) memang membutuhkan alat yang maksimal kerjanya. Kalau tidak, pengeditan video akan terganggu dan hasilnya kurang memuaskan.

Kelemehan ini pula, sebelumnya diakui oleh Saipul Rizan dan beberapa anggota sanggar. Menurut Saipul, dalam penggarapan film yang menceritakan tentang pentingnya menjaga hutan itu, mereka sangat terbatas, baik IQ maupun IT.

"Ini hobby dari anggota sanggar, kita coba dalam bentuk film. Alhamdulillah seperti inilah hasilnya, kita memang sangat terbatas akan IQ dan IT," kata Saipul.

Sebelumnya, baik pihak kecamatan, kepolisian, dan Disparpora Meranti mengapresiasi atas usaha dan kerja keras sanggar ini dalam menggarap film. Kedepannya, kegiatan positif dari anak-anak muda akan tetap didukung.

"Kita wacanakan buat festival film setiap tahunnya. Jadi setiap sanggar di kecamatan bisa menampilkan film karyanya," ujar H Ismail, wakil Disparpora Meranti. ***