SIAK - Persyaratan administrasi usulan calon pahlawan nasional untuk Tengku Buwang Asmara sudah hampir rampung. Naskah sejarah perjuangan Tengku Buwang Asmara melawan Kolonial Belanda saat Perang Guntung di Selat Guntung sudah selesai.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Siak, Wan Idris mengatakan usulan calon pahlawan nasional untuk Tengku Buwang Asmara yang bergelar Sultan Abdul Jalil Muzafarsyah ini diharapkan prosesnya lancar. Sebab pengajuan usulan juga ada batasannya.

"Jika sudah tiga kali mengusulkan namun tidak diterima, maka tidak akan ada kesempatan selanjutnya. Nah kita berharap, pada usulan pertama nanti tidak ada kendala. Dan Tengku Buwang Asmara masuk dalam daftar nama pahlawan nasional ke dua di Siak setelah Sultan Syarif Kasim," sebut Wan Idris kepada GoRiau.com, Rabu (25/11/2020) di ruang kerjanya.

Diceritakan Wan Idris, berdasarkan naskah sejarah yang disusun oleh Dt. H.O.K. Nizami Jamil, Prof. Drs. Suwardi, MS, Dr. Wilaela M.Ag, Dt. H. Azali Djohan SH, Prof. Dr. Isjoni, M.Si, Dr. Ellya Roza, M.Hum Reza Pahlefi dan Cindy Shandoval, S.Ark ini, saat itu Belanda dan Kerajaan Siak memang bermusuhan dan saling berebut kekuasaan, dan pengaruh di Selat Malaka dan Belanda.

"Tengku Buwang Asmara merupakan Sultan Siak yang ke II. Perjuangannya ini tentunya perlu kita angkat serta abadikan sebagai bentuk penghormatan atas jasa Beliau, untuk kita usulkan Tengku Buwang Asmara sebagai Pahlawan Nasional," kata Wan Idris. 

Nama Tengku Buwang Asmara atau Sultan Abdul Jalil Muzaffar Syah juga dipakai untuk nama jalan di Kota Siak Sri Indrapura serta Nama Bumi Perkemahan Pramuka, yang terletak di Kampung Merempan Hilir Kecamatan Mempura.

"Makanya Pemerintah Kabupaten Siak bekerjasama dengan Tim penyusunan dan penulisan Naskah Sejarah Perjuangan Tengku Buwang Asmara yang terdiri dari, Masyarakat Sejarawan Indonesia Tingkat Pusat/Provinsi Riau, Akademisi/Budayawan Riau, Tokoh Masyarakat Riau, Penulis dan Arkeolog. Agar sejarah perjuangan Tengku Buwang Asmara ini diabadikan dalam sebuah buku," sebutnya lagi.

Wan Idris menyebutkan, dengan masuknya nanti nama Tengku Buwang Asmara ini dalam daftar pahlawan nasional, maka marwah dan nama Kabupaten Siak terangkat. Sebab putra terbaik Melayu Riau menjadi pahlawan nasional RI. 

Dari dalam naskah sejarah, kata Wan Idris, Sultan Kedua Kerajaan Siak ini konsisten menentang kehadiran Belanda di wilayah kekuasaannya tanpa kenal menyerah hingga mangkat pada tahun 1760. 

Semangat patriotik dan cinta tanah air tersirat dalam wasiatnya sebelum wafat. Ia berpesan kepada anaknya Tengku Ismail dan Kemenakannya Tengku Muhammad Ali, agar mereka tidak bekerja sama dengan penjajah dan tidak berpecah belah melakukan perang saudara.

"Sejak muda hingga ditabalkan sebagai Sultan, ia telah berjuang di perairan Riau dan Selat Malaka untuk mempertahankan kedaulatan Kerajaan Siak," katanya mengulas sedikit sejarah Tengku Buwang Asmara.***