SIAK - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dikhawatirkan akan menjadi bencana besar jika tidak ditangani serius, juga menjadi fokus utama bagi PT Arara Abadi Sinarmas Grup. Setiap harinya, sekitar 800 personil dikerahkan untuk melakukan patroli di semua wilayah distrik, guna mencegah terjadinya Karhutla.

Hal itu diakui langsung oleh Fire Operational Management (FOM) Head, Priyo didampingi Humas PT Arara Abadi APP Sinar Mas Wilayah Riau, Nurul Huda kepada GoRiau.com, Rabu (18/2/2021) siang.

"Sebanyak 800 orang ini tersebar dalam seluruh Distrik lahan PT Arara Abadi dengan sistem patroli melalui darat, air dan patroli udara. Masing-masing tim itu berkisar paling sedikit 4 orang khusus patroli menggunakan sepeda motor," kata Priyo.

Setiap tim yang turun, baik dengan sepeda motor ataupun mobil, tetap membawa peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan langkah awal pemadaman. Bahkan, sesekali Regu Pemadam Kebakaran (RPK) dari Sinarmas juga didampingi dengan MPA, Babinsa saat melakukan patroli.

"Biasanya kalau udah gabungan ini bisa 7 sampai 8 orang dalam 1 tim. Sedangkan untuk menara pemantau itu dijaga dari jam 7 pagi sampai 6 sore," kata Priyo lagi.

Sesuai dengan harapan pihak manajemen bahwa seluruh distrik PT Arara Abadi zero Karhutla dan bebas asap, tentunya ini manjadi target yang luar biasa harus dicapai. Heli juga akan diturunkan sekali dalam seminggu untuk patroli di area yang rawat karhutla.

"Untuk patroli lewat udara, selain dengan drone juga ada dengan heli. Dengan heli ini planing kita melakukan patroli sekali seminggu dengan 12 rute, khusus daerah yang tingkat kerawanan karhutla tinggi. Kemudian kita lakukan evaluasi setiap hari kegiatan patroli ini," sebutnya lagi.

Patroli menggunakan heli ini, kata Priyo, membutuhkan biaya yang cukup besar. Dimana 1 jam saja, biayanya sudah 50 juta rupiah, sementara kegiatan patroli selama 5 jam. Artinya untuk setiap patroli menggunakan heli, perusahaan akan mengeluarkan anggaran sekitar Rp 250 juta.

"Jadi heli yang kita pakai untuk patroli ini kapasitas 11 orang dengan 5 jam operasional. Bahkan pilot yang dipakai juga yang sangat profesional, mampu mendarat di medan apapun. Karena kondisi lahan di seluruh distrik tidak sama. Patroli melalui udara sangat cepat untuk mendeteksi terjadinya karhutla, ada 3 heli yang disiagakan," kata Priyo lagi.

Di beberapa daerah, kata Priyo, ada posko terpadu yang dibuat PT Arara Abadi untuk tempat tim gabungan berkumpul sebelum melakukan patroli.

"Dari evaluasi kita sejauh ini, kebakaran terjadi masih di wilayah klaim masyarakat yakni daerah kebun sawit. Kalau di tanaman perusahaan sangat jarang. Namun demikian jika lahan warga yang terbakar itu berjarak 5 km dari lahan konsesi, dan beresiko dengan tanaman perusahaan, maka tim akan turun membantu memadamkan api," sebutnya lagi.

Dicontohkan Priyo seperti kasus di Siak, karena sangat dekat dengan lahan konsesi dan mengancam terjadinya kebakaran di tanaman perusahaan, maka tim bergerak cepat untuk membantu pemadaman.

"Kita lihat urgencynya. Memadamkan api Karhutla ini tidak mudah, perlu tenaga ekstra dan peralatan yang lengkap, agar api segera padam dan tidak meluas. Apalagi bagi yang patroli dengan Heli itu sangat terasa sekali capeknya mengangkat alat-alat dari heli ke lokasi kebakaran," kata Priyo. ***