Aban terduduk lesu di atas motornya. Ia melepas penat sembari menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan secara perlahan. Dalam tatapan nanar, ia memikirkan kegunaan uang yang didapat dari hasil penjualan karet.

"Beli beras, bawang, cabe sama beli baju anak, belum lagi bensin," celetuk Aban. Aban baru saja selesai menimbang bahan olahan karet (bokar) di tempat seorang toke di Desa Sako, Kecamatan Pangean, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.

Sembari menunggu toke menghitung uang, Aban mulai merinci satu per satu kebutuhan sehari-hari, mulai dari beras satu kilo Rp10.000, cabe yang mahal sampai kebutuhan sekolah anak. Ia pun mencoba menyesuaikan dengan perkiraan uang yang didapat. Di saat itu juga, ia teringat akan oli motornya yang harus diganti.

"Ndeehh. Oli harus diganti, ban sudah botak," kata Aban lagi. Ia hanya berharap, uang yang akan didapat bisa menutupi kebutuhan untuk satu minggu ke depan.

Tiba-tiba, Aban tersadar ketika ada suara yang memanggilnya. Ternyata, itu toke yang datang dari arah samping sambil menyodorkan uang. Di antara lembaran uang itu terselip secarik kertas putih, isinya rincian transaksi.

"Berat kotor 75 Kg, potong 20 persen sama dengan 60 Kg dikali dengan 6.000 sama dengan Rp360.000," tertulis di secarik kertas itu. Aban pun menghitung uangnya yang terdiri dari dua lembar pecahan Rp100 ribu, tiga lembar pecahan Rp50 ribu dan satu lembar pecahan Rp10 ribu.

"Alhamdulillah," ucap Aban sambil berterimakasih ke toke. Uang tersebut langsung dilipat dan dimasukkan ke dalam saku baju. Di antara rasa syukur, Aban masih belum bisa tersenyum lepas saat menerima uang hasil menyadap karet selama satu minggu. Pasalnya, uang yang didapat tidak bisa memenuhi kebutuhan seminggu ke depan.

Dalam perjalanan pulang, ayah dari dua orang anak ini terus berpikir untuk bertahan hidup. Satu-satunya cara adalah menambah utang di warung.

"Ndeehh... duit keluar lagi," kata Aban ketika motornya terasa goyang, lalu berhenti. Seperti dugaannya, ban depan bocor. Ia pun membawa ke bengkel dan kena Rp10 ribu biaya tambal. "Sudah berkurang pula duit ni," katanya.

Sesampai di rumah, uang langsung diberikan kepada istri. Besok adalah Jumat, hari pasar di Pangean. Aban berpesan agar sang istri belanja yang pokok saja, seperti beras, cabe, bawang dan gula. "Sisihkan juga untuk jajan anak," katanya.

Murahnya harga karet membuat Aban kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kebun karet seluas dua hektare warisan orangtua adalah satu-satunya sumber keuangan keluarganya. Gali lobang tutup lobang sudah menjadi hobi dari minggu ke minggu selama bertahun-tahun. Dalam doa, pintanya tidak banyak, hanya harga karet setara dengan harga beras.

"Menyadap karet ini kan tergantung cuaca. Kalau tidak hujan, bisa kita sadap. Kalau hujan tak bisa. Kalau seminggu itu hujan terus, ya alamat utang semakin membengkak di kedai," tutur Aban pada pertengahan Oktober 2021, menyampaikan perjalanan hidupnya sebagai petani karet.

***

Kini, Aban merupakan salah seorang petani karet yang menjadi bagian dari Koperasi  Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (Apkarkusi). Sejak bergabung setahun lalu, Aban sudah bisa bernapas lega, doanya sekilo karet sekilo beras sudah terkabul.

"Satu hal yang saya rasakan setelah bergabung Apkarkusi ada di harga. Kalau kita jual ke toke, harganya hanya berkisar Rp6.000 per Kg. Itu bertahun-tahun lamanya. Belum lagi potongan mencapai 20 persen. Kalau di Apkarkusi, potongan hanya empat persen dan harga naik dua kali lipat. Sekarang harganya Rp12 ribu per Kg," papar Aban.

Dengan harga karet yang cukup mahal ini, Aban sudah bisa memenuhi kebutuhan keluarga. "Bahkan, sudah bisa beli baju di pasar," katanya tersenyum manis.

GoRiau Ketua Apkarkusi, Sepriadi bers
Ketua Apkarkusi, Sepriadi bersama perwakilan PT Wipolimex Raya sebagai pemenang lelang bokar pada 17 Oktober 2021, memperlihatkan dokumen hasil lelang. (foto: wirman susandi/grc)

Sementara itu, di Balai Benih Induk (BBI) Kuansing, 30 Km dari rumah Aban, beberapa orang mulai berkumpul. Bangunan itu terletak di Jalan Lintas Telukkuantan – Kiliranjao, tepatnya di Kelurahan Simpangtiga, Kecamatan Kuantan Tengah, dijadikan sebagai pasar lelang komoditas (PLK) agro Koperasi Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (Apkarkusi). Orang-orang yang datang tersebut adalah pembeli dan perwakilan petani yang bersiap mengikuti pelelangan karet pada Ahad (17/10/2021) malam.

Ada lima orang pembeli dari empat perusahaan yang datang, yakni PT Kapuas Besar, PT Wipolimex Raya, PT Tirta Sari dan PT Rubber Hok Lie. Sedangkan perwakilan petani adalah penanggung jawab lima pos gabungan kelompok tani (Gapoktan), yakni Pos Gunung, Pos Teberaupanjang, Pos Teratak, Pos Kopah dan Pos Sako. Kemudian, dari Apkarkusi ada Raja Rafli sebagai penanggung jawab pasar lelang, Sepriadi sebagai Ketua Apkarkusi dan Oktavian sebagai panitia lelang. Semuanya duduk di meja bundar dan menghadap layar proyektor.

Tepat pukul 21.00 WIB, pasar dibuka. Raja Rafli mendata pembeli yang datang. Kemudian, ia meminta Sepriadi untuk mengevaluasi pelelangan minggu sebelumnya. Evaluasi ini berkaitan dengan kualitas bahan olahan karet (bokar) yang disampaikan oleh pembeli. Dimana, masih ada bokar bersampah dan menggunakan pupuk sebagai bahan pembeku.

"Kepada penanggung jawab pos, ini mohon diperhatikan. Jangan ada lagi bokar yang tidak standar. Kalau ada, tegas saja, langsung tolak. Sebab, ini merugikan pembeli. Jadi, sekali lagi mohon diseleksi bokar yang masuk pos," ujar Sepriadi. Ia pun juga mengingatkan pembeli untuk mengecek bokar sebelum ditimbang. "Jika ragu, potong saja," katanya.

Standar kualitas bokar yang ditetapkan Apkarkusi yakni tidak dicampur sampah atau kulit karet, tidak lunak (lebih banyak santan dari ojol), tidak direndam, tidak menggunakan ember sebagai wadah pembekuan dan tidak menggunakan pupuk sebagai pembeku.

Selain itu, Sepriadi juga meminta agar pembeli tepat waktu melakukan penimbangan, yakni pukul 14.00 WIB. Jika tiga puluh menit kemudian, pembeli tak kunjung datang, maka pos berhak melakukan penimbangan sendiri. "Kami berharap, tidak ada penimbangan sampai larut malam," tegasnya.

Usai Sepriadi memaparkan evaluasi, Oktavian sebagai panitia lelang melaporkan kondisi bokar yang akan dilelang pada malam itu. Bahwa, bokar yang telah terkumpul di pos penimbangan sebanyak 100,5 ton. Rinciannya, di Pos Gunung sebanyak 12,5 ton, Pos Lubukterentang sebanyak 14 ton, Pos Kopah sebanyak 18 ton, Pos Teratak sebanyak 27 ton dan Pos Sako sebanyak 29 ton. Harga dasar yang ditetapkan panitia sebesar Rp11.800 per Kg.

Setelah memaparkan kondisi bokar, panitia memberikan amplop kepada para pembeli. Perwakilan perusahaan diminta untuk menuliskan penawaran di dalam amplop tersebut. Pembeli yang telah menuliskan harga langsung memberikan amplop dalam kondisi tertutup ke juru lelang.

Satu per satu amplop dibuka. Dimulai dari PT Kapuas Besar yang memberikan penawaran harga senilai Rp12.272 per Kg, PT Tirta Sari senilai Rp12.312 per Kg, PT Rubber Hok Lie sebesar Rp12.028 per Kg dan terakhir PT Wipolimex Raya dengan penawaran senilai Rp12.506 per Kg. Dengan demikian, pelelangan ini dimenangkan oleh PT Wipolimex Raya dengan nilai transaksi sebesar Rp1,2 miliar lebih.

"Alhamdulillah, harga bokar di tingkat petani di Kuansing pada pekan ini senilai Rp12.506 per Kg dengan pembeli PT Wipolimex Raya," ujar Raja Rafli yang kembali mengambil alih pasar lelang yang berlangsung selama 30 menit. Kegiatan pelelangan diakhiri dengan tanda tangan berita acara antara Koperasi Apkarkusi dan PT Wipolimex Raya sebagai pemenang lelang.

Begitulah kegiatan pasar lelang komoditi agro Koperasi Apkarkusi. Lelang yang dilakukan setiap Ahad malam selalu membuat petani tersenyum bahagia. Wajar saja, sebab dengan harga di atas Rp12 ribu per Kg, dinilai sudah mahal.

Seperti yang disampaikan Ihel, seorang petani karet yang tinggal di Desa Sako, Kecamatan Pangean. Ia sangat bersyukur bisa menjual karet lewat pasar lelang Koperasi Apkarkusi.

"Sebelum bergabung ke Apkarkusi ini, saya menjual karet ke tengkulak paling tinggi Rp6.000 per Kg, sekarang alhamdulillah di atas Rp12 ribu per Kg," ujar Ihel pada Senin, 18 Oktober 2021.

Ihel bergabung ke Apkarkusi sejak setahun terakhir. Sebelum bergabung, ia sempat memiliki pemikiran untuk mengganti tanaman karet dengan kelapa sawit. Salah satu alasannya, harga karet yang tak kunjung naik. "(Harga sekilo karet) untuk beli bensin pun tak dapat," katanya.

"Setelah gabung Apkarkusi, harga lumayan tinggi. Keinginan kita, sekilo karet ini dapat sekilo beras. Nah, sekarang sudah terwujud oleh Apkarkusi ini. Niat untuk mengganti tanaman karet dengan sawit, tidak jadi," terang Ihel.

Kini, karet benar-benar sudah bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia pun semakin semangat memotong karet.

Rasa syukur juga disampaikan Deni Suanto, Ketua Kelompok Tani Maju Bersama. Petani yang tinggal di Dusun Remaja, Desa Pasarbaru, Kecamatan Pangean ini menyatakan keberadaan Apkarkusi mampu mengangkat nilai jual bokar.

"Penjualan bokar secara lelang sudah empat tahun kami lakukan. Sebelum Apkarkusi ada, kami ikut lelang di Indo Jaya dan Saiyo Sakato di Teratak. Waktu itu, harga karet belum satu harga, kadang di sini mahal, di sana murah," ujar Deni.

Ketika Koperasi Apkarkusi terbentuk pada tahun 2018, Deni bersama kelompoknya dan gabungan poktan bergabung, melakukan pelelangan satu waktu dan menghasilkan satu harga. Karena harga karet sudah tinggi, Deni selalu menekankan ke anggotanya untuk mengutamakan kualitas. "Jangan ada sampah, tidak pakai pupuk untuk membekukan, itu selalu kita ingatkan ke anggota."

"Ke depan, tentu kami berharap pemerintah terus melakukan pembinaan, baik terhadap petani maupun Apkarkusi, intinya jangan sampai bubar. Kalau bubar, tentu harga karet kembali anjlok," ujar Deni. Ia pun berharap, adanya bantuan pupuk untuk karet, sehingga produksi semakin meningkat.

Berawal dari Jeritan Petani Hingga Kantongi Izin Bappebti

GoRiau Bappebti menyerahkan izin pasa
Bappebti menyerahkan izin pasar lelang komoditi angro khusus karet ke Koperasi Apkarkusi yang diterima langsung oleh Bupati Kuansing yang saat itu dijabat Mursini.

Hampir satu dekade, harga karet di Kabupaten Kuansing berada di titik terendah. Petani yang menjual bokar ke tengkulak, harganya tak lebih dari Rp6.000 per Kg. Sementara, kelompok tani yang menjual dengan sistem lelang, juga mendapatkan harga bervariasi. Bahkan, harga masih diatur oleh pembeli sesuka hatinya.

Pada tahun 2008, Menteri Pertanian RI menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 38 tentang pedoman pengolahan dan pemasaran bahan olahan karet (bokar). Menindaklanjuti Permentan itu, Pemkab Kuansing di bawah kepemimpinan H. Sukarmis – Mursini, melakukan pencanangan dan pergerakan program bokar bersih tahun 2009. Saat itu, sempat melakukan pelelangan karet di Kopah, namun pasar lelang tersebut tidak bertahan lama.

Kemudian, tahun 2011 muncul lagi Poktan Saiyo Sakato di Teratakairhitam dan tahun-tahun berikutnya muncul beberapa poktan di wilayah Kuansing. Ada tiga tempat yang melakukan pelelangan, yakni di Benai, di Gunung dan di Teratakairhitam. Semuanya melakukan pelelangan secara sendiri-sendiri. Hal ini pula dimanfaatkan oleh pembeli dan memainkan harga bokar.

Adanya lelang bokar yang dilakukan oleh beberapa kelompok tani, dilihat mampu mendongkrak harga jual. Kemudian, para petani merasa senasib dan sepenanggungan untuk memperjuangkan harga bokar. Mereka merasa harga tidak sesuai dengan kualitas. Atas dasar itu, Dinas Pertanian Kuansing merumuskan program bokar bersih dengan mengusung konsep 4S, yakni satu tempat satu waktu satu mutu satu harga.

Dinas Pertanian melakukan musyawarah dengan poktan yang ada. Semuanya sepakat untuk membentuk Apkarkusi, guna mengendalikan pasar. Pada 19 Juli 2018, terbentuklah Apkarkusi dan pada 22 Juli 2018 dilakukan pelelangan perdana. Saat itu, Apkarkusi hanyalah wadah bagi kelompok tani dalam memasarkan bokarnya.

Menurut Emmerson, Kepala Dinas Pertanian Kuansing, karet merupakan komoditi andalan nasional dan menjadi komoditi tertua di Kuansing. Namun, harganya jatuh dan itu sudah berlangsung bertahun-tahun.

"Berangkat dari keprihatinan ini, kawan-kawan di Dinas Pertanian memikirkan jalan keluarnya. Kita komunikasi dengan kelompok tani dan orang-orang yang punya kepedulian terhadap karet. Kemudian, dibentuklah asosiasi supaya bisa mengontrol harga pasar. Asosiasi ini yang menjembatani petani langsung ke pabrik, tidak ada lagi melalui toke atau tengkulak," ujar Emmerson yang ditemui di Telukkuantan, 20 Oktober 2021.

Keberadaan Apkarkusi telah memperpendek rentang kendali, dimana petani langsung menjual bokar ke pabrik, tidak lagi melalui toke atau tengkulak. Menurut Emmerson, pendeknya jarak kendali juga berpengaruh besar terhadap harga karet di Kuansing. Kemudian, para pembeli juga mendapatkan kepastian kualitas bokar.

"Kita tawarkan bokar dengan kualitas bagus dan kita minta harga tinggi. Para pembeli setuju, karena mereka sangat diuntungkan dan petani kita juga untung. Keuntungan pembeli, kualitas bagus, tentu biaya produksi lebih rendah,” ujar Emmerson.

Seiring waktu berjalan, para pengurus Apkarkusi mengetahui bahwa secara aturan asosiasi tidak boleh melakukan pelelangan atau jual beli bokar. Apkarkusi berkoordinasi dengan Pemkab Kuansing dan Pemprov Riau. Hingga akhirnya, keberadaan Apkarkusi terdengar nyaring di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Menurut Rido, Wakil Sekretaris Apkarkusi, pihaknya sudah memikirkan pembentukan badan usaha. Ada dua yang dibentuk, yakni Koperasi Apkarkusi dan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Apkarkusi.

"Kita komunikasi dengan Pemkab Kuansing dan Pemprov Riau, hingga terdengar oleh Bappebti. Bappebti menawarkan agar Aparkusi menjadi pasar lelang komoditi, kemudian kita ikuti prosesnya," ujar Rido.

Setelah berproses, pada 29 Juli 2020, Bappebti menyerahkan izin PLK ke Koperasi Apkarkusi di Kuansing. Izin PLK dan tanda register tersebut diterima langsung oleh Mursini yang saat itu Bupati Kuansing.

Sejak mengantongi izin Bappebti, pelelangan bokar di Kuansing dilakukan oleh Koperasi Apkarkusi. Pelelangan masih tetap dilakukan secara manual, walaupun Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong pelelangan secara online.

"Bahkan, kita diberi izin oleh Bappebti untuk menggunakan aplikasinya. Mereka mendorong kita untuk melakukan pelelangan secara online di aplikasi tersebut. Kalau online di aplikasinya, tentu se-Indonesia bisa ikut lelang. Tapi, untuk saat ini, itu belum memungkinkan," kata Rido. Pemprov Riau juga mendorong Koperasi Apkarkusi melakukan pelelangan secara online, agar lebih banyak pembeli yang ikut lelang.

"Dari awal, prinsip kita adalah lelang tatap muka. Ada juru lelang, ada petani dan ada buyer. Ini kan menyangkut kepercayaan juga. Kalau kita lelang secara online, menang orang dari Jawa, belum tentu dibayarnya, terlebih nilai transaksi Rp1,2 miliar. Nah, belum lagi operasional angkutan ke sana," ujar Rido.

Selain itu, masalah yang lain adalah kekurangan tenaga untuk menjalankan lelang secara online. Rido menyadari bahwa, ke depan sentuhan teknologi sangat dibutuhkan dalam menjalankan usaha Koperasi Apkarkusi. Karena itu, mereka juga telah mempersiapkan SDM.

"Kemaren ada pelatihan dari Kopindag Provinsi Riau. Kita siapkan SDM dan kalau memang bisa online, kenapa tidak? Cuma, untuk sekarang kita tetap manual," tutur Rido.

Picu Kenaikan Harga Bokar di Luar Apkarkusi

GoRiau Proses lelang bokar di pasar l
Proses lelang bokar di pasar lelang komoditi agro Koperasi Apkarkusi. (foto: wirman susandi/grc)

Koperasi Apkarkusi menjadi satu-satunya penyelenggara PLK agro khusus karet di Indonesia. Saat ini, di dalam Apkarkusi terhimpun 54 kelembagaan baik yang berbentuk kelompok tani maupun gabungan kelompok tani, tersebar di enam kecamatan. Yakni, kecamatan Kuantan Tengah, Kecamatan Kuantan Mudik, Kecamatan Sentajo Raya, Kecamatan Gunungtoar, Kecamatan Pangean dan Kecamatan Singingi.

Dari 54 kelembagaan itu, terhimpun 1.243 orang petani dengan luas lahan mencapai 2.003 hektare. Menurut Sepriadi, petani yang bergabung di Apkarkusi baru satu persen dari jumlah petani karet di Kuansing. Kemudian, pembeli yang terdaftar di Apkarkusi sebanyak 24 perusahaan.

Berdasarkan hasil lelang pada 17 Oktober 2021, di tahun 2021, Koperasi Apkarkusi telah melelang bokar sebanyak 3.110,232 ton. Januari 2021, harga bokar di Kuansing memang berada di angka Rp9 ribu-an per Kg. Awal Februari, harga bokar mulai mengalami kenaikan hampir menyentuh Rp11 ribu per Kg. Harga tertinggi di tahun 2021 ini pada 15 Agustus senilai Rp12.928 per Kg.

"Rata-rata, setiap pekannya kita lelang 80 ton bokar. Kalau di atas 100 ton, baru dua kali di tahun ini, pada 28 Februari dan hari ini. Untuk harga, rata-rata Rp12 ribu per Kg," ujar Sepriadi.

Melesatnya harga karet tidak hanya dinikmati oleh petani yang berhimpun dalam Koperasi Apkarkusi. Tapi, juga memberikan dampak langsung terhadap harga karet di Kabupaten Kuansing. Sebelum ada Apkarkusi, harga lelang oleh kelompok tani hanya sekitar Rp8.000 per Kg, sedangkan tengkulak membeli dengan harga Rp6.000 per Kg. "Sekarang, tidak ada lagi kita dengar harga karet Rp6.000 per Kg. Rata-rata sudah di atas Rp8.000 per Kg."

"Bahkan, harga bisa mencapai Rp10.000 per Kg di tengkulak, itu daerah yang ada kelompok taninya. Selisih antara harga lelang Apkarkusi dan tengkulak, berkisar Rp2.000 sampai Rp2.500. Ini patut kita syukuri," kata Sepriadi.

Selama melaksanakan lelang bokar, Koperasi Apkarkusi tidak mendapatkan hambatan yang begitu berarti. Hanya saja, saat ini lelang tidak diikuti oleh seluruh pembeli. Menurut Sepriadi, pembeli berganti-gantian mengikuti lelang.

"Kemudian, belum semua petani bergabung ke Apkarkusi ini. Kita berharap, seluruhnya bergabung, sehingga semua merasakan satu harga," ujar Sepriadi.

Harga bokar di Kuansing juga menjadi patokan oleh Kemendag, sebab Koperasi Apkarkusi satu-satunya penyelenggara PLK angro khusus karet di Indonesia. Dalam pelaksanaanya, Kemendag terus melakukan pemantauan. Seperti pada 26 September 2021, Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan SRG dan PLK Bappebti, Kemendag, Widiastuti menyaksikan langsung proses lelang bokar.

Saat ini, petani Kuansing sudah bisa mengendalikan harga dan tidak ada lagi permainan yang dilakukan pembeli yang bisa merugikan masyarakat.

Hilirisasi Karet Menuju Kemandirian Ekonomi Masyarakat

GoRiau Kepala Dinas Pertanian Kuansin
Kepala Dinas Pertanian Kuansing, Ir. Emmerson. (foto: wirman susandi/grc)

Pemkab Kuansing memang telah berhasil meningkatkan harga karet di tingkat petani. Kendati harga sudah mahal, ternyata masih banyak petani yang mengganti tanaman karet dengan kelapa sawit. Hal itu terlihat dari menyusutnya lahan perkebunan karet dari tahun ke tahun. Tahun 2016, luas perkebunan karet di Kuansing masih 144.314,70 hektare. Sedangkan pada tahun 2020, areal perkebunan karet tinggal 126.764,90 hektare.

Kepala Dinas Pertanian, Emmerson juga mengakui bahwa komoditi karet diganti dengan tanaman kelapa sawit. Menurutnya, secara de facto, tanaman sawit dinilai lebih menguntungkan. Sebenarnya, komoditi karet punya keunggulan tersendiri, dimana karet adalah komoditi tangguh dan sangat cocok untuk masyarakat kecil menengah ke bawah.

"Kalau sawit, itu agak manja. Kalau karet, sangat mudah perawatannya. Tidak pun kita pupuk, setidaknya masih produksi latek, sekurang-kurangnya lima puluh persen dari maksimal. Itu hal yang lumrah," ujar Emmerson.

Dalam melakukan pembinaan, Pemkab Kuansing menerjunkan 154 tenaga penyuluh yang menyebar di seluruh kecamatan. Mereka bertugas mengajarkan petani tentang pengelolaan karet bersih. "Mulai dari cara menanam, cara merawat yang benar, cara panen, bahkan penanganan pasca panen kita sampaikan ke petani."

"Kemudian, kita juga memberikan bantuan bibit karet unggul ke petani. Tahun 2019 untuk 150 hektare dan tahun 2020 untuk 100 hektare. Saya pikir, persoalan hulu sudah selesai. Sekarang kita fokus pada bagian hilirnya," terang Emmerson.

Menurut Emmerson, hilirisasi karet sangat penting, terutama bagi daerah yang memiliki potensi karet, seperti Kabupaten Kuansing. Dengan adanya hilirisasi, maka harga karet akan tetap terjaga.

Dalam pengembangan industri hilir, Pemkab Kuansing telah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dengan baik, yakni melalui pelatihan-pelatihan membuat produk berbahan dasar karet. Beberapa produk yang akan dikembangkan di Kuansing adalah sandal, keset, ban mobil dan ban motor serta spare park kendaraan berbahan karet.

"Teknologi sudah kita kuasai, SDM kita sudah siap untuk mengoperasionalkannya. Tahun depan sudah ada bantuan alat dan kita langsung mulai. Kemudian, karet ini juga digunakan untuk bahan campuran aspal. Ini nanti akan garap juga," terang Emmerson.

Agar proses hilirisasi karet berjalan dengan baik, Pemkab Kuansing telah melakukan kerja sama dengan Balai Riset Industri Pertanian (Barista) Palembang. Dalam MoU yang diteken Bupati Kuansing –saat itu Mursini- Barista Palembang membantu Kuansing dalam membangun industri hilir karet.

"Mereka tidak hanya melatih SDM kita, tapi juga bekerjasama di bidang lisensi. Produknya kita yang buat, hak paten dari mereka. Mereka siap membantu, sampai kita benar-benar siap berdiri sendiri," kata Emmerson.

Dengan tegas, Emmerson menyatakan bahwa hilirisasi karet merupakan harga mati. Jika program hilirisasi berjalan, maka akan terwujud kemandirian ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sangat logis, karena karet cocok di seluruh daerah di Indonesia. Jika karet sama-sama diangkat, maka Indonesia bisa disokong oleh karet.

"Kita memperjuangkan komoditi karet supaya tidak hanya menjadi andalan Kuansing, tapi untuk Indonesia. Kemajuan hari ini bukan hanya menjadi standar daerah, tapi sudah menjadi standar nasional. Apalagi, karet merupakan komoditi internasional. Kalau Kuansing berhasil, saya yakin daerah lain juga akan mengikuti. Pertama mungkin kabupaten tetangga, kemudian provinsi tetangga lalu semua daerah di Indonesia," tutur Emmerson.

Istana Monitor Harga Karet di Kuansing

GoRiau Gubernur Riau, Syamsuar saat m
Gubernur Riau, Syamsuar saat menyampaikan keberhasilan Kuansing dalam menaikkan harga karet. (foto: ist)

Keberhasilan Pemkab Kuansing dalam mendongkrak harga karet sampai ke telinga Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo. Ia salut dengan petani di Kuansing yang mampu kendalikan pasar. Jokowi sempat menjadwalkan bertemu para petani karet saat berkunjung ke Riau pada 19 Mei 2021. Namun, pertemuan itu tidak terlaksana karena presiden langsung bertolak ke Kepulauan Riau.

"Pak Presiden mau jumpa dengan petani kita, beliau ingin berdiskusi mengenai strategi pemasaran karet yang dilakukan Apkarkusi, sehingga harga karet mahal. Karena waktu yang begitu sempit, pertemuan itu tak sempat dilakukan," ujar Gubernur Riau, Syamsuar saat panen raya padi IP200 di Desa Tebingtinggi, Kecamatan Benai, 13 Oktober 2021.

"Harga karet di Kuansing, itu termahal di Indonesia, karena itu sampai dimonitor istana," kata Syamsuar.

Presiden Jokowi, lanjut Syamsuar, salut dengan Apkarkusi yang bisa menaikkan harga jual bokar di tingkat petani. Bahkan, PLK agro karet milik Koperasi Apkarkusi merupakan satu-satunya pasar lelang yang terdaftar di Bappeti.

"Setiap kali saya melakukan kunjungan kerja ke daerah, seperti kemaren ke Meranti, saya sampaikan keberhasilan Kuansing ini. Masyarakat di sana penasaran, bagaimana menenam karet, proses pengolahan bokar hingga cara memasarkannya," ujar Syamsuar.

Dengan melambungnya harga karet di Kuansing, Pemprov Riau berencana akan membawa petani dari kabupaten lain untuk mempelajari strategi pemasaran yang dilakukan Apkarkusi.

"Ini permintaan petani di daerah lain, supaya bisa melihat proses mulai dari menanam karet, deres, panen hingga penjualan. Mereka juga ingin mengembangkan karet di daerahnya. Kita Pemprov Riau mendukung itu," tutupnya Syamsuar.

Karet merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan dunia. Hampir semua benda yang diciptakan manusia menggunakan bahan karet. Meski menjadi kebutuhan dunia, harga karet di petani mengalami masa suram.

Hingga akhirnya, Pemkab Kuansing melakukan inovasi yang melahirkan Koperasi Apkarkusi, para petani sudah bisa mengendalikan harga. Saat ini juga, Pemkab Kuansing bersiap menggalakkan industri hilir karet. Tentu, nantinya pasar dalam negeri akan dibanjiri produk lokal. Jika ini terwujud, maka petani karet semakin mandiri secara ekonomi.***