JAKARTA - Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menjawaban soal penembakan gas air mata, yang dilarang FIFA, usai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Minggu (2/10).

Yunus menyatakan kejadian yang melibatkan suporter usai laga Singo Edan melawan Bajul Ijo berlangsung begitu cepat sehingga pihak keamanan mengambil langkah tertentu.

"Sangat begitu cepat kejadian itu sehingga pihak keamanan mengambil langkah, yang tentu dari pihak keamanan telah dipikirkan dengan baik karena memang pasca pertandingan dari suporter turun ke lapangan dan pihak keamanan mengambil tindakan itu," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.

"Kita tentu melakukan ke tim investigasi dan kepolisian. Saat ini berjalan untuk menginvestigasi kejadian ini. Kita tunggu sore hari akan disampaikan oleh ketum [Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan] dan tim di Malang. Mudah-mudahan kita segera mendapat informasi apa yang terjadi di Malang," terang Yunus ketika ditanya soal penggunaan gas air mata yang tidak sesuai FIFA namun kerap terjadi dalam pertandingan.

Yunus kemudian menyatakan prosedur operasional standar telah dikomunikasikan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku operator Liga 1 serta juga panitia pelaksana pertandingan.

"Sampai dengan koordinasi dengan komdis pasti kejadian ini akan menjadi evaluasi serius semua pihak karena PSSI sudah mengungkapkan regulasi sebelum pertandingan. Itu sudah kami komunikasikan kepada LIB, panpel soal SOP," terang Yunus.

"Sebelum dimulainya kompetisi kita melakukan workshop dengan panpel dan club kami telah menyampaikan hal tsb. Tapi kondisi semalam tentu kita mebyesalkan kejadiam tsb. Namun demikian kita izin sekali lagi menunggu hasil investigasi," ujarnya lagi ketika ditanya soal prosedur operasional standar di dalam stadion.

Tragedi Kanjuruhan yang pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya hingga kini menurut catatan resmi pada Minggu (2/10) pukul 11.00 WIB merenggut 130 korban dari balita hingga orang dewasa.

Penggunaan gas air mata oleh aparat dituding menjadi salah satu penyebab ratusan jiwa kehilangan nyawa. Padahal menurut regulasi FIFA, penggunaan gas air mata dilarang untuk meredam massa di dalam stadion. ***