BAHU -- Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menuduh UNESCO telah membiarkan Armenia menghancurkan masjid dan bangunan bersejarah milik rakyat Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Pasukan Azerbaijan berhasil membebaskan Nagorno-Karabakh belum lama ini setelah hampir tiga dekade diduduki pasukan Armenia.

Terkait penodaan masjid di Distrik Zangilan, Presiden Aliyev mengatakan, musuh telah menghina agama Islam dan semua Muslim. 

''Kami telah berulang kali mengajukan banding ke UNESCO selama 30 tahun, berulang kali menyatakan bahwa masjid kami telah dihancurkan, situs sejarah kami telah dihancurkan, situs sejarah kami telah dihancurkan Armenia,'' ujar Aliyev, setelah mengunjungi daerah di sekitar Nagorno-Karabakh pada Rabu lalu, seperti dilansir dari ABNA, Ahad (27/12/2020). 

''Apakah mereka pernah mengirim misi ke sini setidaknya satu kali? Apakah permintaan kami telah dijawab, paling tidak sekali?'' kata Aliyev saat mengunjungi situs masjid.

Dia juga menyoroti banyaknya keributan yang telah diangkat di beberapa kalangan internasional atas status struktur keagamaan Armenia di tanah merdeka. ''Tetapi, mengapa tidak ada yang mengangkat masalah warisan nasional dan agama kita?'' tuturnya.

Aliyev mengatakan, segera setelah perang 44 hari dengan Armenia berakhir, UNESCO mulai melindungi situs-situs orang Armenia. ''Kami melindungi semua situs, kami melindungi situs dari semua negara, dan dunia tahu itu. Tetapi Anda harus melihat, ada masjid di sini, UNESCO, kemarilah, datang dan lihat ini.''

''Dewan Eropa, jangan tinggal diam, datang dan lihat ini! Semua masjid kita dihancurkan. Apakah boleh menghancurkan masjid? Bukankah sebuah kejahatan menghancurkan masjid? Berapa lama lagi ketidakadilan ini akan bertahan? Berapa lama kemunafikan ini bertahan? Berapa lama standar ganda ini bertahan? Berapa lama Islamofobia ini akan bertahan?'' lanjut dia. 

Aliyev juga menyebutkan, bahwa orang-orang Armenia memelihara babi dalam masjid. ''Sayangnya, kami masih mendengar beberapa negara Muslim menyebut Armenia sebagai negara sahabat. Para algojo yang memerintah 'negara sahabat' ini selama 20 tahun telah melakukan ini. Mereka datang ke sini dan menghancurkan masjid kami serta menghina kami. Seluruh dunia harus melihat ini,'' katanya.

Dia menambahkan, tidak ada satu pun bangunan aman yang tersisa di daerah pembebasan. ''Semua bangunan telah dihancurkan, desa kami telah diganti namanya, nama-nama buruk telah diberikan kepada mereka,'' ucapnya, seraya mengatakan bahwa dia bersumpah untuk memulihkan masjid dan membukanya untuk shalat.

''Azan akan datang dari sini, dan kehidupan akan kembali ke tanah ini,'' katanya.

Hubungan antara bekas Republik Soviet ini telah tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan. Bentrokan selama berminggu-minggu pada musim gugur ini berakhir dengan gencatan senjata pada November.

Selama konflik 44 hari, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia. Sebelumnya, sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan telah diduduki secara ilegal selama hampir tiga dekade.***