JAKARTA -- Libur nasional dan cuti bersama dalam rangka Hari Raya Natal 2020 dan menyambut tahun baru 2021 dikhawatirkan akan menyebabkan kasus Covid-19 kembali melonjak tinggi di Tanah Air. Kekhawatiran ini berkaca pada libur panjang pada Oktober lalu.

Dikutip dari Kompas.com, epidemiologi (ahli virus) dari Universitas Griffith di Australia, Dicky Budiman mengatakan, sinyal lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah terlihat dari berbagai indikator terkait Covid-19 di Indonesia yang kian mengalami kenaikan.

''Jadi artinya ini ada sinyal serius seperti indikator angka kematian, angka hunian rumah sakit, kasus harian, tes positivity rate ini semua meningkat,'' kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (26/12/2020).

''Memasuki di tahun 2021 awal ini, akan memasuki masa yang sangat sangat harus kita waspadai. Dan ada potensi ledakan kasus,'' ujar dia.

Dicky tidak menyebut spesifik penyebab potensi ledakan kasus tersebut. Ia hanya mengatakan kondisi Indonesia saat ini sudah dalam kondisi kritis.

Oleh karena itu, Dicky menyarankan pemerintah untuk memasifkan program tracing, testing, and treatment (3T) dan masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan.

Protokol kesehatan yang dimaksud adalah memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak (3M).

''Masyarakat mematuhi 3M, selain membatasi pergerakan mobilitas, interaksi,'' ujar dia.

Efek domino libur panjang

Sementara Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah menilai, ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan saat liburan panjang akan memiliki efek domino dalam penanganan pandemi di Indonesia.

Efek yang pertama, menurut Dewi adalah, peningkatan kasus harian Covid-19 yang signifikan.

''Jumlah orang yang sakit karena momennya sama nih, kalau mungkin kalau liburan yang berbeda-beda gitu ya, enggak akan ketemu orang-orang dalam waktu yang cukup singkat orangnya banyak,'' kata Dewi di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (16/12/2020).

Kenaikan kasus tersebut, kata Dewi, juga akan berdampak pada kapasitas layanan kesehatan.

Dewi mengatakan, akan sangat berbahaya apabila kapasitas layanan kesehatan, terutama ruangan intensif di rumah sakit sudah penuh.

''Mungkin kalau tempat tidurnya di ruangan biasa enggak ada masalah, namun yang harus kita lihat adalah jumlah tempat tidur di critical care, ini yang sangat terbatas,'' ujarnya.Kapasitas layanan rumah sakit yang penuh, lanjut Dewi, akan berdampak pada kinerja tenaga kesehatan.

Ia khawatir tenaga kesehatan akan kewalahan dan kelelahan, apabila jumlah pasien meningkat tajam.

''Mau dokter, perawat ini juga waktunya luar biasa sekali, bahkan harus melayani banyak pasien dalam satu waktu tanpa jeda,'' ucapnya.

Peningkatan kasus juga akan berdampak pada meningkatnya fatalitas orang yang terkena Covid-19.

''Kemudian ketika berbicara tadi, jumlah kasusnya, tambah kenapa akhirnya ada pengaruh juga ke fatalitas,'' tuturnya.

Tak Lakukan Perjalanan

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan selama masa libur panjang Hari Raya Natal dan tahun baru.

Terlebih lagi, kata dia, ada potensi penularan varian baru virus corona yang sudah melanda beberapa negara di dunia.

''Sebaiknya kita duduk, karena mobilitas penduduk itu akan meningkatkan virus itu untuk menular,'' kata Wiku di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (24/12/2020).

Wiku mengatakan, mutasi virus corona ini berpotensi masuk ke Indonesia baik melalui penularan dari luar maupun dalam negeri.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar masyarakat tidak melakukan mobilitas ataupun melakukan perjalanan di masa libur panjang.

''Karena kalau kita melakukan perjalanan mobilitas itu memberi kesempatan pada virus itu untuk menular,'' ujarnya.

''Apalagi kalau virus varian baru ini maka potensi menularnya menjadi lebih tinggi,'' ucap dia.

Adapun varian baru dari virus corona SARS-CoV-2 telah diidentifikasi di Inggris bagian tenggara. Varian baru penyebab penyakit Covid-19 itu diberi nama ''VUI-202012/01''.

Varian baru virus ini disebut bisa menyebar dengan lebih cepat di beberapa bagian wilayah negara Inggris.

Hingga 13 Desember 2020, telah terkonfirmasi setidaknya 1.108 kasus dengan varian ini yang telah diidentifikasi di wilayah Inggris bagian selatan dan timur.

Meski belum ada bukti bahwa strain ini berdampak pada keparahan penyakit, respons antibodi, atau pengaruhnya pada kemanjuran vaksin, namun kasus yang disebabkan varian baru terus meningkat.***

#ingatpesanibu

#satgascovid19

#pakaimasker

#cucitanganpakaisabun

#jagajarak