BAGANSIAPIAPI, GORIAU.COM - Ribuan masyarakat Tionghoa tumpah ruah didepan klenteng tua Ing Hok King, Bagansiapipi, Riau. Mereka membakar tiga batang dupa sebagai bentuk kepercayaan untuk mendatangkan rezeki.

Di tengah cuaca panas, mereka dengan setia menunggu kapal tongkang berada dalam kelenteng yang akan diarak bersamaan dengan penganut beberapa vihara yang ada dikota Bagansiapiapi, Kamis (2/7/2015).

Aneka macam sesajen berupa kue terhampar diatas altar depan kelenteng. Sore meregang petang, akhirnya replika kapal tongkang diarak yang diikuti seluruh para penganut.

Lokasi acara pembakaran tongkang di jalan perniagaan ujung, penuh dengan kepulan asap yang berasal dari dupa yang dibawa ribuan penganut agama Kong Hu Cu. Seluruh unsur Muspida didaulat untuk menaiki kapal tongkang sebelum prosesi pembakaran.

''Hoyaaaaa" teriak warga Tionghoa menyaksikan tiang layar replika kapal tongkang jatuh kearah laut. ''Ini pertanda tahun ini banyak rezeki,'' kata Siswaja Muljadi, tokoh masyarakat Tiong Hoa.

Kisah perayaan ritual bakar tongkang bermula ketika pada suatu masa dahulu sekelompok orang bermarga ANG dari Fujian, Tiongkok berkeinginan untuk mengubah keberuntungan nasib di negeri orang.

Kelompok ini menyeberangi lautan samudera luas dengan menggunakan kapal kayu yang disebut kapal Tongkang. Secara singkat kelompok ini pertama kali hidup dan bermukim di Desa Sonkla - Thailand yang kemudian bermigrasi akibat kerusuhan politik di Negeri Thailand menyebabkan mereka meninggalkan Desa Sonkla tanpa tujuan yang jelas.

Namun dalam perjalanan di tengah Samudera luas terjadi gelombang dahsyat yang mendamparkan Kapal Tongkang tiba di Samudera Malaka.

Dalam hempasan ganasnya gelombang Samudera Malaka ternyata dalam Kapal Tongkang tersebut dipercaya Kelompok Marga ANG ini membawa patung Dewa KIE ONG YA dan Dewa TAI SUN yang berdasarkan kepercayaan telah menyelamatkan Kelompok Marga ANG berikut Kapal Tongkang tiba ditepi pantai Sungai Rokan.

Di Sungai Rokan mereka mendapat petunjuk Dewa KIE ONG YA dan Dewa TAI SUN berupa cahaya api dari daratan yang mengiring Kapal Tongkang menyusuri sekitar Pulau Kuala Kubu, Teluk Mengkudu (sekarang Penipahan) sampai kemudian dilakukan pendaratan tepat di belakang Pulau Barkey terdapat sebuah Pulau penuh dengan kunang-kunang api-api di hutan bakau tepi pantai, akhirnya di jadikan tempat pemukiman baru.

Berdasarkan catatan sejarah pemukiman warga Tionghoa pada Pulau Kunang-Kunang Api kemudian diberi nama dan dikenal dengan sebutan Bagansiapiapi. (amr)