PEKANBARU, GORIAU.COM - Perlawanan para Netizens di dunia maya terhadap pemilik akun Facebook bernama Siagian Nehemia atau Mia Queen Siagian terus muncul. Satu persatu bukti dikeluarkan, termasuk percakapan inbox Mia dengan pemilik akun Facebook lainnya, yang mengarahkan kalau Facebook ini tidak dibajak atau di hacker.

Pada percakapan dengan salahsatu akun bernama Viie Poetri, Mia sudah diingatkan terkait cemoohan yang ia posting di dinding Facebooknya tentang agama dan asap Riau. Namun Mia tetap pada keputusannya dan menilai itu sudah tepat. Sempat juga Mia meminta Viie Poetri untuk menghapus dia dari pertemanan, kalau memang tidak terima dengan statemen tersebut.

Bukti percakapan via inbox tersebut lalu diposting oleh admin pada page Facebook yang dibuat Netizens dan diberi nama "Siagian Nehemia Proses Hukum". Page ini sudah di like oleh ribuan orang. Walhasil, bukti tersebut menuai komentar pedas pemilik akun jejaring sosial lainnya, dan meminta kepolisian bahkan Mabes Polri untuk melacak di mana keberadaan Mia, serta memperkarakannya.

"Masing2 punya asumsi coba kalian lihat foto percakapan ini ! Sudah sangat jelas dari percakapan ini kita bisa ketahui bahwa ybs posting status sendiri dan bukan hacker ! Teman sendiri saja digituin ! Bukan saja muslim agama lainpun tentu tidak suka dengan status yang begitu menyakiti perasaan warga muslim riau yg saat ini sedang kena bencana dan umumnya warga muslim di Indonesia!," tulis admin page, terkait bukti chatting Mia via inbox dengan Viie Poetri.

Penelusuran GoRiau.com, usai jadi bulan-bulanan Netizens atas tulisannya, Facebook Mia Queen tiba-tiba hilang alias dihapus pemiliknya. "Kasus ini menandakan sensitifitas individu terhadap individu lain, kelompok serta komunitas semakin menipis. Ini bisa memicu 'kebencian' yang lebih membenci lagi," sebut pengamat Kriminologi, Kasmanto Rinaldi, menanggapi masalah ini.

Kepada GoRiau.com, Kasmanto menilai bahwa kebencian yang dibungkus oleh fanatisme yang berlebihan, bisa berujung kepada kekerasan, konflik bahkan pembunuhan. "Postingan negatif akan memunculkan amarah dari kelompok yang merasa dizolimi, dan akan membalas dengan penzoliman juga, bahkan bisa lebih sadis," sebutnya.

Menurutnya, persoalan ini merupakan salah satu bentuk dari hate crime dan menjadi tanggung jawab penegak hukum untuk menanganinya. "kita berharap masyarakat untuk lebih produktif dalam membuat status di medsos, jangan mudah terprovokasi oleh hate issues yang menyebabkan kita saling membenci, dan perlu diingat, untuk merekayasa hal yang terjadi di dunia maya adalah hal yang mudah bagi pelaku yang punya keahlian," katanya.

"Setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya, apalagi dengan UU ITE, sedikit saja status kita menyinggung orang lain, bisa di pidanakan, makanya hati-hati dan selalu cerdas dalam menggunakan media sosial," tegas Kasmanto yang sekaligus ketua jurusan Kriminologi UIR tersebut.

Nama Mia Queen, mendadak terkenal di dunia maya gara-gara komentarnya yang diduga melecehkan agama. Waktu itu Mia berkelakar supaya orang Islam di Riau mati semua akibat asap, sehingga mengurangi populasi Islam di Dunia. Beberapa jam setelah status ini dibuat, Facebook Mia dibanjiri hujatan oleh Netizens.

Menanggapi itu, Mia kemudian memposting komentar baru dan mengatakan kalau itu bukanlah ulahnya, melainkan perbuatan hacker yang membajak Facebooknya. Lagi-lagi status Mia dibully pengguna Medsos, yang menyebut kalau ini hanyalah dalih dari Mia saja. Netizens lalu memamerkan bukti chatting via Inbox antara Mia dan pengguna akun lainnya.

Beberapa jam sesudahnya, Mia kembali bikin 'murka' Netizens karena upaya meminta maafnya lagi-lagi terkesan melecehkan agama. Dia menyebut kalau ajaran salahsatu agama adalah biadab. Walhasil, Mia pun kena 'hajar' habis-habisan di Facebooknya, hingga terakhir, akun tersebut hilang alias dihapus. (had)