TEMBILAHAN, GORIAU.COM - Sudah selama 15 tahun Khairul Siswanto, salah seorang nelayan yang berdomisili di Sungai Buluh, Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) menggulati pekerjaan sebagai nelayan.

Dari mulai sebagai nelayan biasa, hingga akhirnya dapat mempekerjakan puluhan karyawan, ia terus menggulati dunai perikanan.

Wilayah Inhil yang sebagian besar adalah perairan ini, membuat Inhil memiliki sumber daya laut yang besar, dan hal itulah membuat Khairul memilih hijrah dari kampung halamannya di Jawa, untuk menetap di Negeri Seribu Parit ini.

Jika hasil tangkapan sedang banyak, dikatakan Khairul, dirinya bisa mengirim 2 sampai 2 ton udang ke luar Negeri seperti ke Singapura.

''Mereka suka udang dari sini, karena kami di Sungai Buluh ini nangkap udangnnya secara tradisional, tanpa menggunakan zat berbahaya. Sehingga udang yang kami hasilkan segar-segar,'' sebut Khairul.

Meskipun permintaan dari Singapura sangat besar, namun dikatakan Khairul, dirinya tidak dapat memenuhi hal itu, karena dikatakannya, ia baru bisa mengekspore jika kebutuhan udang di Inhil sudah terpenuhi.

''Kita utamakan kirim ke Tembilahan dulu, jika masih ada sisanya, baru kita ekspore,'' tukasnya.

Hasil tangkapannya yang paling banyak, dikatakan Khairul adalah setiap musim angin barat, yaitu pada bulan 7 hingga 11 setiap tahunnya.

''Kalau bulan 7 sampai 11, hasil tangkapan lebih besar dari bulan-bulan biasanya,'' tambahnya.

Meski demikian, ia sangat mengharapkan perhatian dari Pemerintah, agar para nelayan di desanya, lancar dalam menggeluti pekerjaan ini.

Bantuan yang paling diinginkan nelayan di desanya, dikatakan dia adalah ketersediaan BBM minyak, karena dijelaskannya, selama ini, untuk ketersediaan minyak, nelayan harus membelinya langsung ke Tembilahan.

''Kita di sini gak pernah di bantu sesen pun oleh pemerintah, tapi kami gak apa-apa soal itu, asalkan pemerintah bisa bantu dengan membuka agen minyak di sini, jadi kami gak harus jauh-jauh ke Tembilahan lagi, ongkos ke sana kan besar,'' tutupnya.(ayu)