BAGANSIAPIAPI, GORIAU.COM - Penderitaan hidup bukan harus membuat seseorang menyerah dan menerima nasib apa adanya. Tapi justru, kondisi itu bisa memotivasi diri. Seperti yang dialami Gui Yau khun, pengusaha sukses Indonesia, asal Bagansiapiapi, Riau ini.

Pengusaha yang terkenal dengan produk kompor bermerek ''Hock'' ini ternyata pria kelahiran Bagansiapiapi, Riau, 80 tahun yang lalu. Dia menjalani hidup menderita sejak kecil, pasalnya, Gui Yau Khun, terlahir dari keluarga miskin.

''Saya baru bisa mengecap bangku sekolah dasar di usia 14 tahun. Waktu itu, keluarga saya sangat miskin, jangankan untuk sekolah, biaya hidup pun sangat sulit. Tapi saya tidak pernah patah semangat untuk belajar, dan akhirnya saya menamatkan kuliah di National University of Singapore pada usia 60 tahun,'' ujar Gui Yau khun saat menyampaikan sambutannya di peresmian gedung baru Yayasan Pendidikan Setia Budi, Bagansiapiapi, Riau, Jumat (3/6/2015).

Karena itu, sekarang dia sangat berterimakasih kepada tuhan yang memberi kesempatan baginya untuk hidup yang lebih baik. Dan hidup itu pun dipergunakannya agar lebih bisa berbuat untuk sesama. Seperti yang dilakukannya kepada Yayasan Pendidikan Setia Budi Bagansiapiapi, Rohil, dimana dia juga ikut menyumbang Rp1,6 miliar untuk pembangunan gedung baru sekolah tersebut.

Menurut bos atau pemilik perusahaan pembuatan kompor minyak tanah yang kini juga sudah beralih ke kompor gas bermerk Hock ini, pendidikan sangat penting dan semuanya itu harus diawali dengan kerja keras.

Baginya, hidup jangan pernah patah semangat. Karena dirinya punya konsep semua orang harus belajar tanpa terkecuali. Untuk itu, apa yang dialaminya dahulu, tidak ingin terjadi pada generasi muda sekarang. Namun demikian, walau dalam keadaan serba kekurangan, namun dia selalu mendapat pendidikan moral di rumah.

Selain mendapat pendidikan formal, katanya, pendidikan informal terutama dalam keluarga, juga sangat penting. ''Saya pernah menemukan sendok kecil di tengah jalan. Kemudian, sendok itu saya pungut. Lalu saya bawa pulang dan saya serahkan sama ibu saya. Ibu saya bilang, sendok itu harus kamu kembalikan ke tengah jalan. Karena itu bukan milikmu,'' kenangnya.

Pelajaran moral dari ibunya itulah, akhirnya dengan semangat tinggi, dirinya mampu menyelesaikan pendidikan di National University of Singapore pada saat berumur 60 tahun.

''Jangan pernah berhenti sekolah, pendidikan itu penting, tidak hanya formal tapi juga infomal. Pendidikan dalam keluarga juga akan menentukan jalan hidup kita,'' tutupnya. (amr)