BATAM, GORIAU.COM - Wakil Gubernur Riau (Wagubri), H Arsyadjuliandi Rachman secara resmi melepas keberangkatan Jamaah Calon Haji (JCH) asal Pekanbaru dan Kuansing dari embarkasi Batam, Kepulauan Riau, Selasa (2/9/2014).

Pekanbaru dan Kuansing menjadi kloter pertama yang bergabung dengan JCH seluruh Indonesia. Terdata sebanyak 442 JCH berasal dari dua daerah tersebut. Keberangkatan JCH asal Riau akan berlangsung hingga 8-9 September 2014 mendatang.

Wagubri meminta kepada seluruh jamaah, terutama asal Riau agar tetap menjaga kesehatan selama menjalani ibadah haji. Sehingga saat kembali ke daerah asal mereka tetap dalam kondisi fit.

"Mohon kesehatan dijaga, kemudian bangun kekompakan," kata Wagubri saat memberikan arahan jelang keberangkatan JCH Pekanbaru dan Kuansing di Batam, Kepri.

Selain itu, Wagubri juga meminta agar Jamaah Calon Haji asal Riau menjaga nama baik Riau di mata Internasional. Karena selama ini, nama Riau sangat dihormati di mata dunia.

"Mohon juga dijaga nama baik daerah kita. Karena Riau sudah dihormati di mata nasional dan internasional. Jaga sikap dan tingkah selama menunaikan ibadah haji," pesan Wagubri.

"Kemudian jalani ibadah haji dengan ikhlas. Karena itu menjadi kunci mendapat haji yang mabrur," kata mantan Anggota DPR RI Komisi VII ini.

Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh jamaah haji Indonesia selama di sana. Pertama, tingginya suhu udara dapat memicu kondisi mengancam. Simana suhu tubuh mencapai lebih dari 40 derajat celsius atau lebih (heat stroke), kemudian berpeluang dehidrasi dan severe fatique (kelelahan berat).

Artinya, suhu mencapai 40 derajat otomatis kelembapan rendah. Jamaah harus banyak minum air putih, makan buah, bawa handuk basah, dan yang utama makan makanan bergizi dan diimbangi istirahat yang cukup.

Kedua, waspadai dua penyakit yang saat ini tengah merisaukan dunia kesehatan, yakni MERS CoV dan Ebola. Untuk ebola kemungkinannya relatif kecil pada saat ibadah haji karena pemerintah setempat tidak memberikan visa untuk negara-negara Afrika Barat yang endemik ebola.

Ketiga, untuk MERS CoV, jamaah yang memiliki penyakit kronik diimbau untuk memeriksakan diri ke dokter masing-masing. Gunanya agar penyakit mereka dapat terkontrol.

Upaya ini dilakukan mengingat 60-70 persen pasien MERS CoV sebelumnya memiliki riwayat penyakit kronik. Kemudian saat berada di sana dan mengalami sesak nafas atau ganggguan pernafasan, langsung periksa ke dokter.***