BAGANSIAPIAPI, GORIAU.COM - Para kaum peziarah dari warga etnis Tiong hoa mulai memadati kota Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Riau. Tradisi yang sudah dilakukan sejak turun temurun itu merupakan bentuk penghormatan kepada arwah agar kehidupan peziarah yang masih hidup, mendapat restu dan berkah dari leluhur.

Cheng Beng atau lebih akrab disebut sembahyang kubur merupakan tradisi yang sudah lama dilakukan warga etnis Tionghoa di Bagansiapiapi untuk mengunjungi pekuburan warga dan sanak familinya di kota asalnya.

Peristiwa ini membuat lonjakan penumpang dari luar kota menuju Bagansiapiapi menjadi berkah tersendiri bagi pengemudi beca di Bagansiapiapi. Para peziarah yang rata-rata menginap di hotel dan juga rumah kerabatnya yang ada di kota Bagansiapiapi menggunakan transportasi ini sebagai sarana untuk mengangkut perlengkapan ziarah menuju lokasi perkuburan Tionghoa yang berada di Simpangtiga dan Pelabuhan Baru.

Ritual sembahyang kubur ini, biasanya dilaksanakan sejak tanggal 26 Maret hingga sampai puncaknya pada tanggal 5 April 2015. Dari keterangan receptionis hotel yang ada di Bagansiapiapi, tamu yang datang menginap berasal dari kota Medan, Jakarta dan daerah lainnya yang sebagian besar mempunyai tujuan untuk kepentingan pulang berziarah.

Antony, salah seorang peziarah kepada GoRiau.com, Sabtu (28/3/2015) mengungkapkan, dalam kesibukannya, dirinya berkesempatan untuk memberikan penghormatan kepada leluhur agar mendapat restu. Ketika berziarah, dia menyiapkan sesajian yang kebanyakan merupakan kesukaan para leluhur. Sesaji itu, diletakkan diatas altar kuburan yang terdiri dari nasi, lauk pauk dilengkapi dengan kue dan buah buahan serta minuman.

Ritual yang dilakukan Antony juga di lakukan dengan membersihkan dan mengecat makam dengan berwarna-warni. Setelah itu, peziarah membakar hio dan menyajikan kertas sembahyang, lilin merah di atas altar pemakaman. Ketika menyalakan hio, para peziarah berdoa didepan nisan dengan harapan agar keluarga diberikan keselamatan dan kesejahteraan.

Menurut keterangan Antony, ritual sembahyang kubur ini dilaksanakan setahun sekali tepatnya pada akhir Maret hingga April. ''Ada juga sembahyang  Chit Gue Pua atau sembahyang ''Setan''. Sembahyang ini dilakukan tidak semua orang dan hanya orang tertentu saja. Biasanya sembahyang ini dilakukan pada akhir bulan Juli hingga awal Agustus,'' kata Antony yang memiliki usaha barang elektronik. (amr)