SELATPANJANG, GORIAU.COM - Saat ini Kabupaten Kepulauan Meranti menghadapi masalah besar dalam memproduksi padi. Dimana, sebagian besar wilayah di Kepulauan Meranti sering terendam air asin pada saat air laut sedang pasang.


Salah satu upaya agar air laut tidak merendam ladang warga adalah dengan dibangunnya tanggul. Dengan tanggul itu pula Meranti optimis bisa menghasilkan padi sebagaimana diharapkan oleh Pemerintah Pusat yang disampaikan Mentan Amran Sulaiman saat kunjugannya ke Meranti awal Februari 2015 lalu.
Waktu itu Mentan Amran Sulaiman memberikan bantuan berupa alat tanam, bibit, dan perbaikan irigasi agar produksi padi di Pulau Terluar Indonesia itu bisa menghasilkan padi dengan maksimal sesuai luasan lahan yang dimiliki. Namun, target itu sulit terpenuhi apabila belum adanya pembangunan tanggul.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Kepulauan Meranti, Yulian Norwis, kepada wartawan mengatakan saat ini di Meranti memiliki lahan yang siap tanam seluas 4.436 Hektar, namun ditargetkan penanaman itu untuk 4.000 Hektar saja. Dengan luasan lahan yang dimiliki itu, tambah lelaki yang akrab dipanggil Icut, Kepulauan Meranti bisa menghasilkan sekitar 15.000 ton (dari 4.000 hektar, dengan perkiraan sekitar 3.5 ton perhektarnya).
Tapi Icut optimis bisa menghasilkan sekitar 16.000 ton dari lahan 4.000 hektar dengan perkiraan 4 ton perhektarnya. "Penanaman tahun ini kita upayakan bisa mencapai 16.000 ton dari luasan lahan yang ada. Sebab kita menggunakan bibit baru sesuai yang dijanjikan Mentan kemarin," kata Icut.
Namun demikian, Icut juga berharap Pemerintah Pusat segera membangun tanggul agar air asin tidak terus menerus masuk ke ladang warga. Sebab, jika kondisi itu terus terjadi, maka produksi padi akan terganggu dan target pemerintah pusat di Kepulauan Meranti sulit untuk dimaksimalkan. "Kita sudah mengusulkan pembangunan tanggul itu ke Kementrian PU (Dirjen Pengairan) melalui Kementerian Pertanian. Semoga apa yang kita inginkan itu ditanggapi pemerintah pusat secepatnya," kata Icut pula.
Sebelumnya, Bupati Kepulauan Meranti Drs H Irwan MSi memaparkan bahwa 90 persen kebutuhan beras di Kepulauan Meranti didatangkan dari daerah luar. Kondisi ini akan memberatkan langkah petani dalam bersaing dengan beras-beras impor yang didatangkan dari Vietnam dan Thailand, terutama masalah kualitas dan harga.(zal)