PEKANBARU, GORIAU.COM - Aksi pemukulan yang dilakukan polisi terhadap mahasiswa dalam aksi demo di depan RRI Pekanbaru, Selasa (24/11/2014) lalu, dinilai Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, tidak patut. Tindakan itu menunjukkan bahwa polisi masih mengedepankan sikap arogan dan represif dalam menghadapi massa. Sikap tersebut tidak bisa ditolerir.

"Sikap arogansi dan represif sebenarnya sudah harus dikikis oleh jajaran kepolisian. Apa yang dilakukan polisi saat menghadapi aksi demo di depan RRI Pekanbaru tersebut tidak bisa ditolerir lagi," kata Neta.

Selain melakukan pemukulan terhadap mahasiswa, lanjutnya, mereka juga masuk ke mushalla tanpa membuka sepatu. "Tindakan itu merupakan penghinaan terhadap umat Islam. MUI Riau bisa melakukan protes kepada Polda Riau agar Kapolda Riau menindak anggotanya itu," terang Neta.

Menurutnya, ancaman hukuman kepada polisi yang masuk ke mushalla adalah penistaan terhadap agama. Sebab mushalla adalah tempat ibadah yang harus dihormati semua pihak. Kapolda Riau tidak boleh membiarkan kasus ini. Jangan sampai masyarakat serta tokoh-tokoh agama di Riau bertindak sendiri dalam menyelesaikan pelecehan serta penistaan terhadap agama ini.

"Polda Riau harus segera mengumumkan siapa saja polisi yang masuk ke mushalla tanpa membuka sepatu dan tindakan apa yang akan diberikan kepada mereka," tandasnya.

Informasi yang diperoleh dari pihak BEM Universitas Riau, sekitar 34 mahasiswa cedera akibat pemukulan yang dilakukan polisi saat aksi mahasiswa menolak kedatangan Presiden Jokowi tersebut. Tindakan polisi dinilai menunjukkan tidak adanya revolusi mental yang menjadi tagline Presiden Jokowi.(wdu)