SELATPANJANG, GORIAU.COM - Berkat perjalanan ke desa-desa, Tim Destinasi Pariwisata Kepulauan Meranti menemukan ritual budaya yang bisa dijadikan ivent wisata. Ritual budaya itu berupa bele kampung yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Selat Akar Kecamatan Tasikputri Puyu Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Ketua Tim Destinasi Budaya, H Ismail Arsyad, yang juga merupakan Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kepulauan Meranti, ketika ditemui di Selatpanjang, Sabtu (22/11/2014) mengaku telah mengunjungi Desa Selat Akar untuk meninjau langsung potensi budaya dan wisata di desa itu beberapa hari yang lalu. "Kita telah menemukan ritual bele kampung di Desa Selat Akar yang sampai saat ini masih dilestarikan. Ini bisa kita jadikan salah satu wisata budaya di Meranti. Pemerintah siap memfasilitasi dan mempromosikan ritual tahunan itu sehingga menjadi salah satu iven pariwisata, kita harap masyarakatnya bisa bekerjasama," kata H Ismail kepada wartawan. Di tempat terpisah, Ketua Panitia Bele Kampung, Junaidi (38), ketika dihubungi wartawan mengaku bahwa adat istiadat bele kampung itu sudah ada sejak Indonesia belum merdeka (masih kerajaan Siak, red). Diceritakan Junaidi pula, proses bele kampung adalah semacam upaya untuk membersihkan kampung dari marabahaya (bala, red), nasib buruk masyarakat kampung itu.Bele kampung ini dipimpin oleh seorang warga dianggap pandai yang dipanggil dukun. Bele kampung ini pula dilakukan selama tiga hari setiap malamnya.Malam pertama, dukun yang ditemani seorang bidu, seorang penyampai yang bertugas mengangkat talam dan sesaji, serta 3 tukang musik tradisional (alat musik terbuat dari batang kelapa dan kulit binatang yang diberi nama pebana, red), menggelar pengobatan. Sebelumnya dukun harus terlebih dahulu dimasukkan roh-roh gurunya. Setelah dukun kerasukan roh gurunya, maka dukun ini meminta petunjuk kepada datuk (yang menurut warga setempat ada sekitar 30 datuk, red) bahan-bahan apa saja yang harus dipersiapkan untuk prosesi bele kampung di malam kedua nantinya.Di malam kedua ini, dukun kembali dimasuki roh-roh gurunya. Namun, tidak lagi untuk mempertanyakan bahan yang harus dipersiapkan. Melainkan dukun ini mempertanyakan bahan-bahan yang telah dipersiapkan itu yang mana saja dibuang ke laut dan yang mana saja dibuang ke darat.Sedangkan untuk malam mlm terakhir atau malam ketiga, sang dukun kembali dimasuki roh-roh guru, di sini sang dukung bertanya lagi kepada datuk, apakah yang telah mereka siapkan (ancak berupa jongkong di isi sesaji, red) sudah sesuai atau masih perlu diperbaiki."Dukun kembali memanggil datuk untuk dicek sesajinya, apakah sudah betul atau tidak, sebelum dilepaskan ke tempat yang sesuai petunjuk dari datuk itu," kata Junaidi kepada wartawan. Kemudian, ketika disinggung jika tidak dilakukan ritual ini apa dampaknya bagi kampung, Junaidi mengatakan jangankan untuk tidak dilakukan bele kampung, jika terlambat saja membele kampung, maka mereka akan mendapatkan penyakit atau tanda-tanda yang mengharuskan mereka segera membele kampung. Jika terlambag melakukan ritual bele kampung ini, kata Junaidi lagi, beberapa kejadian aneh akan muncul. Seperti wabe (terlihat makhluk-makhluk aneh, namun ketika dicari tidak lagi ditemukan, red), tapak panglime darat (harimau,red) akan diperlihatkan di desa walau Desa Selat Akar tidak ada harimau. Kemudian masyarakat akan banyak terkena sakit-sakitan atau warga setempat mempercayai sebagai angin kotor. "Kalau di laut biasanya muncul buaya," kata Junaidi pula. Junaidi juga berpesan, bagi warga Meranti atau warga luar yang penasaran terhadap ritual tradisi suku akit Desa Selat Akar bisa langsung datang ke Selat Akar pada tanggal 28 November 2014 mendatang. Sebab, 28 November malam, mereka menggelar acara bele kampung hingga sampai tanggal 30 November 2014.   Dapat disampaikan pula, alat-alat yang telah dipersiapkan Dukun selama 3 malam itu akan dilepaskan ke laut menggunakan ancak (jongkong yang diisi sesaji, red) tepatnya di sungai Preban (Sungai Koyan, salah seorang tokoh pejuang suku akit, red) hingga ke Kuala Sungai.(zal)