SIAK SRI INDRAPURA, GORIAU.COM - Potret kehidupan masyarakat suku asli anak rawa di Desa Penyengat, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, memang menarik. Selain memiliki kepercayaan, budaya dan adat istiadat yang unik, ternyata sebagian besar anak-anak suku rawa tidak mau sekolah. Bahkan, suku pedalaman yang berada sekitar 100 km dari Kota Siak itu tidak mengerti Bahasa Indonesia.

Kades Penyengat, Abet SH menjelaskan, terdapat 3 dusun yang dihuni 340 kk suku asli anak rawa, diantaranya, Dusun Penyengat, Tanjung Pal dan Mungkal. Sebagian besar dari mereka merupakan petani dan buruh kasar.

"4 tahun lalu, tidak ada anak-anak suku asli anak rawa yang sekolah, mereka hanya bermain dan bantu orangtua. Sekarang, sudah ada gedung SD dan SMP, mereka mulai mengenal dunia pendidikan," kata Abet kepada GoRiau.com, Rabu (10/12/14), saat menghadiri pegelaran seni dan kebudayaan suku asli anak rawa. Kegiatan itu juga dihadiri Wakil Bupati Drs H Alfedri, Ketua DPRD Indra Gunawan dan Kadis Pendidikan Kebudayaan Siak Kadri Yafiz serta ratusan warga suku asli anak rawa.

Saat Kadri Yafiz menyampaikan kata sambutan, tokoh pemuda suku asli anak rawa, Alit Spd terlihat mendampingi Kadis di atas panggung. Pesan-pesan yang disampaikan Kadri dengan Bahasa Indonesia, kembali dikatakan Alit dengan bahasa suku asli anak rawa. Sehingga, apa yang dikatakan Kadri dapat dipahami warga.

"Masih banyak mereka tak ngerti bahasa Indonesia, karena tak mau belajar. Tapi, tiga tahun terakhir mereka mulai membuka diri dan menyuruh anak-anak untuk pergi ke sekolah," kata Kades.

"Dari 340 kk atau sekitar 1.000 lebih warga suku asli anak rawa, hanya 2 orang yang sarjana, salah satunya Pak Alit yang sekarang menjadi guru di SMP Desa Penyengat," tambah Kades.

Wakil Bupati Siak Drs H Alfedri MSi saat memberikan sambutan kembali mendorong warga suku asli anak rawa untuk mau ke sekolah. Apalagi, Pemkab Siak melalui Peraturan Daerah melaksanakan wajib belajar 12 tahun.

"Saya mengajak semua orangtua suku asli anak rawa agar memberi kesempatan anak-anak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan di sekolah. Hanya dengan pendidikan ini kita bisa maju dan berkembang," kata Wabup.

Selain itu, Pemkab Siak juga memiliki beasiswa bagi warga marginal, seperti warga suku asli anak rawa dan suku sakai untuk di kuliahkan disejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

"Untuk itu, program pendidikan gratis dari SD hingga perguruan tinggi ini hendaknya dapat dimanfaatkan warga Siak, khususnya suku asli anak rawa," ujar Wabup.

"Selain itu, saya juga tak setuju Penyengat dikatakan desa terpencil. Karena setiap tahun Pemkab Siak sudah membangun infrastruktur jalan dan jembatan. Apabila Kawasan Industri Tanjung Buton nantinya beroperasi, saya yakin Desa Penyengat ini akan berkembang," pungkas Wabup.(nal)