SIAK SRI INDRAPURA, GORIAU.COM - Antusiasme masyarakat di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak untuk melakukan budidaya pohon karet secara moderen semakin meningkat. Hal ini terlihat dari terbentuknya dua kelompok tani karet di Desa Tanjung Buton dan Desa Kayu Ara Permai.

Penggagas kelompok tani tersebut yang juga Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Karet Melayu Siak (Karmelasi), Iskandar, mengatakan semangat masyarakat untuk membudidayakan pohon karet secara moderen mulai menggeliat sejak para petani melakukan kunjungan ke perusahaan perkebunan karet PT Air Muring, anak perusahaan PT Bakrie Sumatera Plantation (BSP) di Bengkulu.

"Di sana kami belajar banyak, dari pembibitan karet hingga proses sadap secara moderen," tutur Ketua Pokja Karmelasi, Iskandar. Pokja Karmelasi adalah pokja dampingan EMP Malacca Strait SA (EMP MSSA).

Iskandar menyebutkan, sejak saat itu banyak para petani karet yang melakukan pembibitan hingga mencapai puluhan ribu bibit. Dengan adanya kelompok petani karet tersebut, kata Iskandar, para petani akan memiliki tempat untuk bertanya dan berdiskusi seputar seluk beluk karet.

Dalam setiap pertemuan dengan para petani, Iskandar tak bosan-bosan mengingatkan bahwa usaha berkebun karet merupakan investasi jangka panjang. Karena mulai dari pembibitan, okulasi hingga pohon mulai bisa disadap memerlukan waktu sekitar 4,5 sampai 5 tahun.

"Tapi begitu pohon karet sudah bisa disadap, 4 sampai 5 pohon bisa menghasilkan 1 kilogram getah karet. Sementara dengan pola sadap tradisional 1 kilogram getah baru bisa didapat dari 20 sampai 25 pohon," katanya.

Menurut Iskandar, dengan tata cara pengelolaan moderen tersebut para petani bisa meraup penjualan sebesar di atas Rp 10 juta dari pohon karet seluas 1 hektar. Hal itu dengan perhitungan bahwa harga getah per kilogramnya seharga Rp 8 ribu.

Iskandar sendiri mengaku, saat ini dia telah membudidayakan bibit pohon karet sebanyak 2.000 bibit. Dari situ, ia bertekad untuk terus menekuni bidang tersebut sehingga bisa memotivasi para petani karet lain untuk melakukan budidaya karet secara moderen.

Selain pembibitan karet secara moderen, Pokja Karmelasi dan EMP MSSA juga menjalankan program penting lainnya di masyarakat. Beberapa di antaranya, pemberdayaan posyandu, pemberian makanan tambahan (PMT), senam ibu hamil, dan lain-lain.

Di samping memiliki kepedulian terhadap masyarakat sekitar wilayah operasi, EMP MSSA juga memiliki perhatian yang tinggi terhadap pelestarian lingkungan. Hal itu terlihat dari sejumlah program yang meliputi bantuan ribuan tanaman penghijauan dalam rangka mendukung gerakan penamaman semilyar pohon, bantuan tanaman buah, membantu budidaya tanaman mangrove dan pemberian bibit mangrove kepada kelompok masyarakat dan sekolah.

Sementara itu, Camat Sungai Apit Joko Edy Imhar, menyatakan dukungannya terhadap program CSR EMP MSSA. Menurutnya, program-program CSR EMP MSSA telah berjalan dengan baik dan banyak memberi manfaat bagi masyarakat.

"Pada prinsipnya kita sangat setuju dengan program-program yang dijalankan dan akan lebih baik jika koordinasi dengan dinas-dinas terkait semakin diperkuat, seperti dinas kehutanan dan perkebunan Siak," pesannya.

Terkait dengan fenomena kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya, Camat berharap agar pihak-pihak swasta memberikan sumbangan bibit tanaman karet, sawit dan sagu. Menurutnya, akibat karhutla yang melanda sebagian wilayah Sungai Apit, sebanyak 118 kepala keluarga dari 465 kepala keluarga kehilangan mata pencaharian karena kebunnya terlalap api.

"Kami sangat mengharapkan bantuan ini terealisasi," tuturnya.(rls)