SIAK SRI INDRAPURA, GORIAU.COM - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Siak melakukan kerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) selama tiga hari untuk mengukur kualitas udara di Siak. Hasil, secara umum kualitas udara Siak baik dan tidak membahayakan.

Pada penelitian ini, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMKG mengirimkan tim peneliti dari Bidang Klimatologi dan Kualitas Udara yang terdiri dari Eko Heriyanto, Jose Rizal, Kadarsah dan Radyan Putra Pradana. Mereka meakukan pengamatan kondisi atmosfer dan kualitas udara di Provinsi Riau khususnya di Kabupaten Siak.

''Ini merupakan hasil kerjasama Badan Lingkungan Hidup Siak dan Puslitbang BMKG. Dalam hal ini, BLH menyediakan lokasi pengamatan sedangkan BMKG mengirimkan tenaga peneliti,'' ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Siak Bapak H Sadikin, SSos melalui Sekretaris Bapak H. Ismed, SKM, MHP lewat rilisnya kepada GoRiau.com, Sabtu (5/4/2014).

Dikatakan, pengamatan kualitas udara dan atmosfer sudah dilakukan selama tiga hari mulai tanggal 3 sampai dengan 5 April 2014 yang berlokasi di sekitar Gedung Badan Lingkungan Hidup Siak (Gedung Bappeda Siak).

Berikut hasil lengkap penelitian yang dilakukan:

Hasil PengamatanAlat yang digunakan untuk pengamatan terdiri dari Protable Weather System (PWS) untuk mengukur parameter cuaca, Environmnet Particulate Air Monitoring (EPAM) untuk mengukur partikel debu dan Automatic LIDAR System (ALS) untuk mengukur konsentrasi aerosol sampai ketinggian 20 km. Pengukuran dilakukan 3-5 April 2014. Temperatur selama pengamatan sekitar 20.9-31.90C dengan kelembapan 48.3-95.7 dengan kecepatan angin maksimum sampai 3 m/s dan tekanan berkisar 973.1-1011.6 milibar.

Hal yang paling penting adalah konsentrasi PM10 selama 24 jam pengamatan 3-4 April 2014 yang masih jauh di ambang batas ISPU. Kondisi ini menegaskan bahwa berakhirnya tanggap darurat merupakan tindakan yang sangat tepat sebab konsentrasi PM10 sudah dalam kondisi baik. Penyebaran PM10 dibantu oleh angin permukaan yang bertiup dari barat mendominasi selama pengamatan dengan kecepatan 1-4 m/s.

Kecepatan angin ini memiliki kategori 3 Skala Beuafort dengan hembusan yang sangat pelan sehingga PM10 tidak bisa terdistribusi secara merata dan meluas di daerah pengamatan. Distribusi PM10 akan bergerak ke arah timur yang secara perlahan. Kosentrasi PM10 dipermukaan menunjukkan kondisi dengan kategori yang baik tetapi bagaimana dengan konsentrasi PM10 di lapisan atmosfer dengan lapisan yang lebih tinggi. Untuk mengetahui kondisi tersebut maka digunakan ALS. Fungsi alat ALS adalah untuk mengetahui konsentrasi ALS di berbagai lapisan atmosfer sampai ketinggian 20 km.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/05042014/alatjpg-747.jpgPenempatan PWS (kiri) dan ALS (kanan) di sekitar perkantoran Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Siak. (foto badan lingkungan hidup kabupaten siak)Hasil pengamatan ALS menunjukkan bahwa konsentrasi PM10 maksimum terletak dalam ketinggian 4000-5000 km. Konsentrasi ini jauh di atas lapisan Planetary Boundary Layer (PBL) yang terletak pada ketinggian dibawah 3000 km.

Planetary Boundary Layer (PBL) atau disebut Atmospheric Boundary layer (ABL) merupakan bagian terendah dari atmosfer dan karakteristikya secara langsung dipengaruhi oleh kontak dengan permukaan bumi. Sehingga tingkat kekasaran dan aktivitas yang berlangsung dipermukaan bumi sangat mempengaruhi tinggi PBL.

Ketinggian yang rendah terjadi saat pagi dan malam hari sedangkan menjelang siang ketinggian PBL mengalami kenaikan. Ketinggian PBL yang rendah saat pagi dan malam hari dikarena tingkat turbulensi yang terjadi dan berpengaruh terhadap ketinggian PBL sangat rendah jika dibanding dengan turbulensi yang terjadi saat siang hari, kondisi siang hari dengan tingkat penyinaran yang kuat.

Perubahan yang terjadi pada lapisan ini terjadi dalam rentang waktu kurang dari satu jam. Dalam lapisan ini parameter-parameter meteorologi seperti kecepatan aliran, temperatur, kelembaban, turbulensi dan pencampuran vertikal yang kuat. Di atas PBL adalah atmosfer bebas dengan kondisi angin merupakan angin geostropik (angin yang sejajar dengan isobars) sementara dalam PBL angin yang terjadi dipengaruhi kekasaran permukaan dan melintasi isobars. Lapisan atmosfer bebas ini biasanya bebas turbulensi dan hanya terjadi golakan yang bersifat insidental.

Rekomendasi

Tanggap darurat yang berakhir pada tanggal 4 April 2014 merupakan langkah yang tepat karena berdasarkan pengamatan PM10 dan kondisi atmosfer di halaman Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Siak menunjukkan kondisi yang baik berdasarkan standar ISPU. Pengamatan konsentrasi aerosol yang salah satu elemennya adalah PM10 dilapisan atas atmosfer menunjukkan bahwa konsentrasinya tidak membahayakan. (rls)