PASIRPANGARAIAN, GORIAU.COM - Setelah selesainya masa pemulangan Jamaah Haji (JH) dimana seluruh JH Rohul telah sampai di rumah masing-masing, maka Kantor Kemenag Rohul melakukan pembinaan pasca haji, Kamis (30/10/2014) bertempat di aula Kantor Kemenag Rohul, Kota Pasir Pengaraian.

Pembinaan Pasca Haji ini diikuti sebanyak 40 orang peserta yang terdiri dari 24 orang Ketua Regu dan Rombongan, ditambah dengan 16 Kepala KUA Kecamatan se-Rohul, sebagai Pembina Jamaah Haji di tingkat kecamatan. Pembinaan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal bagi para peserta untuk meningkatkan pembinaan bagi JH di lapangan.

Kakan Kemenag Rohul Drs H Ahmad Supardi Hasibuan MA, mengatakan bahwa orang-orang yang sudah melaksanakan ibadah haji mendapat predikat lebih dari masyarakat lain pada umumnya, sebab mereka ini telah melaksanakan lima rukun Islam, sedangkan yang lain baru melaksanakan empat rukun Islam.

''Makanya kita tidak perlu heran, ketika seseorang telah menunaikan ibadah haji, maka yang bersangkutan dimasukkan dalam kategori tokoh agama dan atau tokoh masyarakat, tempat orang bertanya dan bahkan berkonsultasi masalah-masalah keagamaan yang dihadapi sehari-hari,'' jelasnya.

Ahmad Supardi juga mengatakan bahwa orang yang sudah bergelar haji dan hajjah, akan diundang oleh masyarakat dalam acara-acara tahlilan, selamatan, dan atau syukuran. Dalam acara ini, maka Bapak Haji dan Ibu Hajjah akan dimintai jamaah untuk memimpin tahlil dan atau memimpin doa.

Oleh karenanya, para haji dan hajjah dituntut untuk meningkatkan kualitas ilmu pengetahuannya, sebagai tindak lanjut dari manasik (tata cara pelaksanaan) haji untuk selanjutnya mendapatkan manafi' (manfaat) haji. Seorang Haji Mabrur harus dapat melaksanakan manasik haji dan sekaligus mendapatkan manafi' haji, tandasnya.

Ahmad Supardi lebih lanjut mengatakan bahwa manasik haji itu ketika kita berada di tanah suci, sedangkan manafi' haji adalah manfaat yang kita peroleh sepulangnya ke tanah air. Selain itu, jangan sampai haji kita mabrur di tanah suci, lalu kemudian mardud (tertolak) di kampung halaman.

Idealnya adalah Haji kita Mabrur di tanah suci dan mabrur juga di tanah air. Bila perlu kemabruran haji itu dapat ditingkatkan atau di update setiap saat, sehingga kebabruran haji dirasakan oleh diri sendiri dan juga dirasakan oleh masyarakat sekitar, tandas Ahmad Supardi Hasibuan. (ram)