PASIRPENGARAIAN, GORIAU.COM - Anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit sebulan terakhir ini, banyak petani yang beralih profesi. Sebagian petani sawit di Kabupaten Rokan Hulu, menumbang batang sawit untuk ditanam sayuran, dan bahkan dibuat tanah kaplingan.

Hal inilah juga yang dilakukan Soekarno (53), warga Desa Kembang Damai Kecamatan Kunto Darussalam, Rokan Hulu, Riau, asal Pati Jawa Tengah. Demi kelanjutan hidup, saat ini, dia menumbang sebagian tanaman sawitnya dan ditanami padi gogo (padi ladang-red).

''Seandainya Pak Harto masih hidup, mungkin tidak seperti ini nasib kami mas, zaman Pak Harto memang saya baru tanam sawit tapi setidaknya beras sama lauk, tak pusing, makanya saya beralih tanam padi gogo,'' ungkapnya

Soekarno menjelaskan, saat ini harga sawit di tengkulak hanya bekisar Rp400 perkilo, sementara untuk biaya pupuk dan upah panen sudah tidak cukup lagi dengan hasil penjualan panennya.

''Jangankan buat beli yang lain, buat makan saja susah mas, sekarang ini saja untuk upah manen pas-pasan, belum lagi ongkos buat mobil, kalau dipikir-pikir ingin balik lagi ke zaman Pak Harto,'' ceritanya.

Hal serupa juga dilakukan oleh Dedi (34) tahun, pria asal Medan Sumut yang sudah menetap di Pagaran Tapah Rohul. Ia terpaksa harus rela menumbang sekitar 8 hektar tanaman sawit di kebunya dan dijual per kapling.

"Macem mana lagi mas, harga sawit Rp 400 perkilo, cemana kami mau hidup, terpaksa saya tumbang dan saya jual perkapling," ungkapnya kepada GoRiau.com, Sabtu (29/8/2015) dengan logat khas medan.

Dari penjualan kapling itulah dia kembangkan lagi sebagian untuk membudidayakan ikan lele dan patin di sebelah lahannya yang masih kosong.

"Untuk makan sehari-hari dari jualan sayur mas, kalau kapling ini kan tidak tiap hari terjual, saat ini saya jual perkapling Rp30 juta aja, biar cepat laku,'' pungkasnya. (dnl)