PASIRPANGARAIAN, GORIAU.COM - Akhir-akhir ini harga karet atau getah di Kabupaten Rokan Hulu sangat memprihatinkan dan mengakibatkan perekonomian petani karet benar-benar hancur berantakan. Jika tiga bulan lalu harga getah mulai dari Rp 13 ribu sampai Rp 14 ribu, namun kini hanya mencapai Rp 8.714 per kg untuk getah super di daerah Kecamatan Pendalian dan Rp 7 ribu di daerah Rambah dan sekitarnya.

Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kadiskoperindg) Rokan Hulu Hery Islamy, di dampingi Kabid Perdadagangn Ismet di ruang kerjanya, Jumat (21/11/2014) setelah berkoordinasi dengan pihak Pemrov Riau mengatakan, setidaknya ada tiga alasan penyebab anjloknya harga getah dan tidak hanya terjadi di Rokan Hulu, bahkan di kabupten dan provinsi tetangga seperti Kampar, Sumut dan Sumbar.

Pertama pasar dunia lebih banyak meminta pasokan karet sintetis dari pada karet alam, karet sintetis atau polimer, merupakan jenis elastomer buatan yang dihasilkan melalui di-sintesis dari produk sampingan minyak bumi. Elastomer sendiri adalah bahan dengan mekanik (materi) properti yang dapat mengalami de-formasi (pembentukan kembali) jauh lebih elastis di bawah tekanan dari sebagian besar bahan dan masih bisa kembali ke ukuran sebelumnya tanpa de-formasi permanen.

Sekitar 15 miliar kilogram karet diproduksi setiap tahunnya, dan dari jumlah itu dua per tiga adalah produk sintetik. Karet sintetis, seperti juga karet alam, memiliki kegunaan dalam berbagai industri mulai dari Industri Rumah Tangga sampai Industri Skala Besar, antara lain untuk profil pintu dan jendela, selang (hose), ikat pinggang, anyaman, lantai dan peredam.

Kedua turun harga dunia, karena saat pertubuhan ekonomi dan turunnya nilai dollar terhadap rupiah juga menyebabkan anjlok harga karet nasional. Catatan Kementerian Perdagangan, ekspor karet alam Indonesia pada 2010 mencapai 7,3 miliar dollar AS. Ekspor karet alam melompat menjadi 11,7 miliar dollar AS pada 2011. Namun anjlok menjadi 6,9 miliar dollar AS pada tahun lalu. Merosotnya ekspor karet alam ditengarai pengaruh harga.

Pada 2011 ekspor karet alam tinggi sebab harga karet alam mencapai 4 dollar AS per kilogram. Namun saat ini, harga karet dunia tertekan mencapai hanya 1,6 dollar AS per kilogram. Malah, pada November ini harganya hanya 1,54 dollar AS per kilogram. Harga tersebut sudah jauh di bawah biaya produksi yang mengakibatkan harga beli kepada petani karet juga mengalami tekanan.

Ketiga Indonesia sebagai produsen bukan sebagai pemilik kebijakan penentu harga. Harga karet yang turun drastis disebabkan besarnya stok karet di tangan industri yang mencapai lebih dari 2,4 juta ton. Indonesia, Malaysia dan Thailand yang menguasai 79 persen pangsa karet alam dunia berembuk agar negara-negara produsen dapat mendisiplinkan diri untuk tidak membanjiri pasar. Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir, harga karet alam mencapai titik terendah.

Penurunan harga karet alam saat ini harus dapat diperbaiki dengan cara pengelolaan supply. Indonesia sebagai negara produsen kedua terbesar dengan sekitar 2,4 juta petani karet yang terlibat langsung, sangat berkepentingan dan harus mendapatkan harga yang layak.

Lanjut Kadiskoperindag Rokan Hulu, kini Bupati Rokun Hulu Achmad dengan kepekaannya terhadap petani karet di wilayahnya, yakni membuat kebijakan dan merencanakan untuk menampung anggaran Rp 10 M pada APBD tahun 2015 mendatang, jika harga karet di bawah Rp 10 ribu, maka pemerintah daerah akan bertanggung jawab dan memberi hasil petani tersebut.

Kemudian diterangkan, Hery Islamy dengan kondisi luas lahan perkebunan karet, hasil produksi tiap bulan serta mutu karet di Rokan Hulu, kedepan tahun 2015, pemerintah daerah juga akan menggaet investor yang akan menanamkan sahamnya di Rokan Hulu dengan membuka pabrik baru, karen kalau dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) nya pasti pengusaha sangat diuntungkan.

''Kita juga sangat kasihan dengan kondisi ekonomi petani kartet kita sudah turun dengan membentuk tim supaya permainan toke-toke dan par spekulan di masyarakat tidak ada,” pungkas Hery Islamy. (ram)