JAKARTA, GORIAU.COM - Satuan Polisi Pamong Praja atau biasa dikenal dengan sebutan Satpol PP, sebentar lagi bakal punya 'satuan' telik sendi atau intelijen. Karena itu, peran Satpol PP jangan lagi dianggap remeh.

Hal tersebut diungkapkan, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Agung Mulyana. Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum sendiri, adalah direktorat yang salah satu tugasnya adalah mengurusi Satpol PP. Kata Agung, peran Satpol PP jangan dianggap remeh, karena satuan ini yang akan berdiri di garda depan menegakan Peraturan Daerah.

"Karena itu, profesionalisme Satpol PP harus terus ditingkatkan, baik itu hardware-nya maupun software-nya," kata Agung di Jakarta, Kamis 12 Maret 2015.

Salah satu yang merupakan bagian dari peningkatan software Satpol PP, kata Agung adalah program pelatihan. Pihaknya kini sudah meneken kerjasama dengan Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol). Kata dia, kerjasama diteken, ketika Lemdikpol Polri masih dipimpin Komjen Budi Gunawan.

"Bekerja sama dengan Lemdikpol Polri, kini sudah dilatih 840 Satpol PP, untuk menjadi penyidik sipil," ungkapnya.

Di tahun 2015, kerjasama akan kembali di lanjutkan. Di tahun ini Lemdikpol akan melatih 1200 Satpol PP untuk menjadi penyidik sipil. Menurut dia, kemampuan menyidik itu sangat penting dikuasai Satpol PP. Karena tindakan hukum misalnya membongkar bangunan liar hanya bisa dilakukan jika ada penyidik sipil.

Diakuinya, saat ini, banyak kabupaten yang tak punya penyidik sipil. Padahal, minimal setiap kabupaten punya lima penyidik sipil. Diperlukan sekitar 2500 penyidik sipil untuk seluruh Indonesia. Selain dengan Lemdikpol, pihaknya juga telah meneken kerjasama dengan Badan Intelijen dan Keamanan Polri (Baintelkam). Kerjasama dengan Baintelkam, untuk mendidik Satpol PP, agar memiliki kemampuan intelijen.

"Kita juga akan bekerjasama dengan Baintelkam Polri untuk pelatihan-pelatihan dasar-dasar intelijen," kata Agung.

Ilmu pengumpulan informasi ala intelijen kata Agung, sangat diperlukan Satpol PP. Sehingga bila Satpol PP sudah punya kemampuan intelijen, ia akan bisa mengumpulkan informasi dengan akurat. Informasi itulah yang kemudian akan diolah dan analisa yang akan menghasilkan sebuah telaah strategis atau Telstra.

"Telstra inilah sangat berguna bagi kepala daerah. Misalnya ketika akan mengeluarkan kebijakan. Kebijakan itu dampaknya seperti apa. Contohnya soal kenaikan BBM. Nah ini mesti ada yang buat perkiraan keadaan apa yang akan terjadi. Ini tugas intelijen seperti ini. Tapi intel Satpol PP, bukan seperti James Bond. Analisisnya hanya untuk kepala daerah," tutur Agung.

Nantinya para 'telik sandi' Satpol PP ini, kata Agung, akan bertugas tanpa seragam laiknya intel-intel di kesatuan TNI atau Polri. Merekalah yang akan membuat Telstra atau telaah strategis untuk kepala daerah. Mereka pula yang akan mengecek info-info di tengah masyarakat, hingga kepala daerah dapat informasi yang valid. "Jadi mereka nanti tak berseragam," kata dia. (gus)