PEKANBARU, GORIAU.COM - Indonesia adalah bangsa majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, dan beragam budaya nusantara. Dari Sabang sampai Merauke, kita mengenal adat istiadat dan budaya lokal dengan segala kearifannya sebagai pranata sosial dalam menjaga, memelihara, dan mengayomi masyarakat di daerah dan wilayah tersebut.

''Kearifan budaya lokal inilah yang selalu menjaga keseimbangan interaksi kehidupan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan dan alam semesta,'' ujar Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila (PP) Provinsi Riau H. Arsadianto Rachman, di hadapan ribuan undangan dan anggota PP bersempena HUT ke-55 PP, di Hotel Ratu Mayang Garden Pekanbaru, Selasa (28/10/2014) malam.

Menurutnya, kearifan budaya lokal sekarang terancam punah akibat modernisasi dan masuknya paham-paham asing bersamaan dengan derasnya arus informasi dan globalisasi yang tidak mengenal lagi batas wilayah negara. ''Berpijak dari hal-hal tersebut, maka tugas kita bersama melalui perjuangan organisasi kemasyarakatan PP untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan adat istiadat dan kearifan budaya lokal sebagai aset budaya nasional,'' sebutnya.

Demikian juga Pancasila sebagai sumber kekuatan, sebutnya, tidak boleh pernah lekang dimakan zaman, karena sangat melekat dengan budaya bangsa. ''Sehingga kekuatan Pancasila menjadi bagian yang tidak terpisahkan, terutama untuk membangun kebersamaan sesama anak bangsa,'' tegas pria yang akrab dipanggil Anto Rachman ini.

Kalau diperhatikan dengan seksama, lanjutnya, rakyat di akar rumput justru memberikan contoh kongkrit budaya Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sementara pada elit di negeri ini tidak mampu merumuskan langkah dan menjabarkan secara tepat bentuk kebijakan yang bernafaskan Pancasila. ''Elit di negeri ini telah kehilangan "idealisme", hati nurani, dan jati diri sebagai anak bangsa,'' ungkapnya.

Cara berfikir elit di negeri ini sekarang, beber Anto Rachman, cenderung menggunakan "pragmatisme", hanya untuk mengejar "kepentingan sesaat" dengan mengorbankan masa depan bangsanya, serta melupakan dan meninggalkan keluhuran budaya spritual bangsa sendiri. ''Mereka silau dengan 'budaya materi' dari luar, dan tidak sadar sebenarnya telah melakukan kelalaian terhadap bangsanya sendiri,'' tukasnya.

Oleh karena itu, Anto Rahman meminta seluruh anggota PP Riau menggalang kekuatan di akar rumput dalam bentuk "Gerakan Kebudayaan yang bernafaskan Pancasila", demi kejayaan bangsa dan negara di masa sekarang maupun di masa depan.

Semangat gerakan kebangsaan di negeri ini harus dibangun di atas karakter dan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia. ''Pancasila adalah kekuatan yang terbentuk dari nilai-nilai tersebut untuk mencapai cita-cita bersama dalam berbangsa dan bernegara, yang pancarannya akan menerangi masa depan bangsa, bahkan dunia,'' pungkas Anto Rachman. ***