PEKANBARU, GORIAU.COM - Vitalnya posisi Pulau Jemur yang berada di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) sebagai pulau terdepan penjaga teritori wilayah kedaulatan perairan Indonesia, harus didukung dengan ketersediaan falisitas. Namun dengan segala keterbatasan yang ada sekarang, tidak mustahil Indonesia sulit mewujudkan mimpi sebagai negara dengan poros maritim.

"Pulau jemur ini aset. Hawai saja yang jauh ditengah laut bisa jadi pusat wisata. Kita lupa bahwa potensi dan peluang perkembangan pulau Jemur sangat besar, meski lokasinya pada perbatasan terdepan," kata S. Parman, selaku Pengamat Hukum Internasional sekaligus dosen Hukum Laut dan hukum Internasional Universitas Islam Riau (UIR).

Namun kenyataan, pulau Jemur justru seperti terbaikan. Dimana posko Angkatan Laut (AL) yang diposisikan disana, jauh dari kata memadai. Bahkan pulau dengan luas sekitar 300 hektar dan memiliki gugusan ini tidak ada pasokan listrik dan tidak memiliki signal komunikasi.

"Pembangunan pulau terdepan harusnya ada alokasi dana khusus, minimal disitu dibentuk reklamasi, turap dan ditempatkan aparat yang cukup, supaya pulau tersebut bisa memantau kegiatan perairan secara maksimal," tegasnya saat dihubungi Goriau.com.

Dengan ketidakberdayaan ini, maka potensi penyusupan akan semakin besar. Ini berimbas dengan meningkatnya kriminalitas perairan, berupa pencurian ikan, penyusupan narkoba, imigran dan sebagainya melalui pelabuhan tikus.

"TNI AL, Dit Polair dan Bakorkamla (Badan Kordinasi Keamanan Laut) jadi garda terdepan matra laut. Mengawasi kapal transit, supaya tahu apa tujuannya, termasuk bagi kapal yang melintas. Nah kalau situasi serba terbatas, bagaimana ini bisa diwujudkan," mirisnya.

Maka untuk menjadi Poros Maritim, sambungnya, harus didukung kesiapan Indonesia, berupa fasilitas pendukung yang memadai sehingga Indonesia akan disegani, dan menjadi signal bahwa daerah perbatasan tidak mudah disusupi dan dijamin keamanannya.

"60 persen jalur perdagangan Internasional ada di Selat Malaka. Otomatis pulau Jemur dan Rupat harus dijaga maksimal. Jika tidak, maka jalur ini menjadi pilihan penyusup untuk meraup keuntungan besar," tutupnya.

Meski menjadi lokasi vital dalam mengamankan wilayah perairan terdepan Indonesia, Pos TNI Angkatan Laut (AL) yang didirikan di pulau Jemur Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), ternyata jauh dari standar kelayakan, mulai dari persenjataan, pertahanan hingga fasilitas bangunan.

Sehari-hari pos AL hanya mengandalkan tenaga listrik dari genset yang ada. Ini pun jam operasionalnya terbatas, yakni mulai pukul 18.00 Wib hingga 24.00 Wib. Jika siang, personil cuma mengandalkan tenaga Aki yang digunakan untuk mengaktifkan alat komunikasi

Tak cukup itu saja, di pulau Jemur tidak ada signal alat komunikasi, tidak ada hiburan, bahkan untuk air minum pun hanya mengandalkan air hujan yang ditampung didalam tandon. (had)