PEKANBARU, GORIAU.COM - Kapolda Riau Brigjen Pol Dolly Bambang Hermawan membantah pernyataan kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau, Kombes Pol Ali Pranaka terkait lemahnya pengawasan narkotika di Riau. Sebab, Polda Riau mengklaim selama ini banyak menangkap narkotika dari hasil pengawasan dan razia.

Kepada wartawan Jumat (31/10), Dolly mengatakan pihaknya sudah bekerja dan telah berhasil mengungkap sejumlah kasus narkotika di Riau dengan berhasil menangkap para pelaku dan barang bukti dalam jumlah besar.

"Terkait tangkapan 8 ton ganja oleh BNN, penangkapan barang bukti tersebut asalnya bukan dari Riau. Riau hanya dilintasi dan semua pihak punya tugas masing-masing," ujarnya.

Menurut dia wilayah Riau hanya menjadi lintasan. Artinya, kata dia, mulai dari hulu sampai hilir harus melakukan pengawasan. "Saya rasa masing-masing punya tugaslah. Kemarin andakan juga sudah memberitakan keberhasilan Polres Bengkalis. Di mana lemahnya. 500 gram yang diamankan hasil razia itu," jelas Dolly.

Dolly menegaskan, razia yang dilakukan Polda Riau dengan sasaran narkoba dan pengungkapan kejahatan lainnya memberikan hasil dan bukan tidak memberikan hasil. "Selama ini, baik pengawasan maupun razia yang kita lakukan, itu banyak menjaring narkotika," tuturnya.

Kontroversial pengawasan narkotika antara BNN Propinsi Riau dengan Polda Riau berawal dari penangkapan besar yang dilakukan Badan Narkotika Nasional Pusat terhadap 8 ton ganja kering siap edar di wilayah Kandis, Kabupaten Siak, Propinsi Riau beberapa waktu lalu.

Hal itu menyisakan catatan bagi pihak berwajib di Riau, tudingan lemahnya pengawasan narkoba oleh BNN Riau terhadap instansi lain, khususnya pihak kepolisian.

Pernyataan ini disampaikan Kombes Pol Ali Pranaka selaku Kepala BNN Riau saat menggelar konferensi perss penangkapan 8 ton ganja asal Aceh pada, Ahad (26/10) lalu. Menurut dia lemahnya pengawasan ini terbukti dari mudahnya mafia narkoba melintas baik untuk mengedarkan narkoba di wilayah Riau maupun sekadar menggunakan wilayah Riau sebagai jalur lintasan.

Sebelumnya, Ali Pranaka mengatakan, dari penangkapan 8 ton ganja asal Aceh yang hendak dikirim ke Jakarta di wilayah Kandis kemarin itu, pihaknya memang sudah sejak sekitar 6 bulan memantau aktivitas tersebut.

Guna mengungkapnya, BNN menurunkan personel lengkap dari pusat dan berkoordinasi dengan BNN Riau dengan menggunakan metode control delivery atau mengikuti setiap aktivitas target dan memilih penangkapan pelaku saat berada di Riau dikarenakan pertimbangan situasi dan kondisi. "Pengawasan di Riau lemah, tidak ada sistim yang terintegrasi," kata Ali. ***