RENGAT, GORIAU.COM - Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VIII Riau telah berakhir dan ditutup Plt Gubernur Riau yang diwakili wakil Bupati Inhu, Harman Harmaini, Sabtu (25/10/2014) malam di Stadion Narasinga Rengat. Berbagai catatan tersisa dari iven olahraga terbesar di Bumi Lancang Kuning ini.

Plus dan minus penyelenggaraan tentunya, akan menjadi pelajaran bagi tuan rumah Porprov IX. Kuantan Singingi, Kampar, Rohul dan Kepulauan Meranti sudah mengajukan diri sebagai tuan rumah, namun belum lagi mendapatkan pengesahan dari KONI Riau dan juga Pemerintah Provinsi Riau.

Bidang-bidang yang ada dalam penyelenggaraan tentunya menjadi perhatian bagi para tamu yang hadir. Namun dua bidang terpenting dan utama, tetap menjadi sorotan dalam penyelenggaraan iven tiga tahunan ini. Dua  bidang tersebut, Konsumsi dan Akomodasi.

Pada bidang konsumsi, dari beberapa kontingen yang berhasil dikonfirmasi GoRiau.com, tak satupun yang memberikan kritik atas ketersediaan makanan yang ada. Cuma hanya ada masalah pada keterlambatan pengantaran pada makanan tersebut. Namun dari segi menu, sudah sesuai dengan standar atlet yang ada.

"Kami berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para atlet dan official dalam segi menu dan apa yang tersaji sudah sesuai dengan rekomendasi dari ahli gizi dinas kesehatan, karena memang mereka langsung kami libatkan dalam tim konsumsi," ungkap Koordinator Bidang Konsumsi Porprov VIII, Adri Respen.

Respen mengatakan, apa yang sudah direkomendasikan oleh tim gizi tersebut, sudah diberikan langsung kepada pihak catering yang sudah dikontrak panitia dan itu sudah dijalankan semaksimal mungkin oleh pemilik catering.

Tim Gizi Porprov, Elis Julinarti menyebutkan, standar gizi atlet sudah dirumuskan dan menjadi rekomendasi yang harus dijalankan oleh para penyedia makanan yang sudah menjalani kontrak dengan panitia dan rekom tersebut dibuat secara tertulis.

Diakui Elis, beberapa  kabupaten ada yang menyatakan bahwa takaran nasi yang diberikan terlalu sedikit, sehingga setelah atlet makan, maka mereka akan kembali mencari makanan tambahan.

"Seorang atlet yang bertanding tidak baik mengkonsumsi nasi secara berlebihan karena akan mempengaruhi pencernaan mereka yang sudah berlatih dan bertanding, itu sudah kita jelaskan begitu juga dengan menu yang disajikan dan akhirnya kontingen memahaminya," jelas Elis.

Namun di sisi lain, pada bidang akomodasi yang disediakan oleh panitia pelaksana, banyak menuai kritikan dari kontingen peserta. Akomodasi ini dianggap banyak yang tidak layak dan mereka berhak mendappatkan yang lebih dari itu, karena setiap kabupaten membayar untuk itu.

Menurut beberapa kontingen, atlet mereka dipisah-pisahkan pemondokannya karena rumah yang disediakan tidak cukup menampung atlet yang ada. Bahkan jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya cukup jauh. Ini membuat setiap kontingen tersebut sulit untuk berkoordinasi.

Contoh seperti apa yang dikatakan tim pelatih Futsal Pekanbaru, Yudi Waldi. Semula atletnya harus terpisah pemondokannya di Jalan Purnawirawan dan satu lagi berjarak cukup jauh dan ini dirasa tidak mungkin, karena futsal satu tim dan harus bersama. "Kami terpaksa harus menggabungkan pemain dalam satu rumah, meskipun harus sesak, karena tidak mungkin mereka dipisahkan," terang Yudi.

Kritikan lainnya, datang dari KONI Pelalawan. Dimana perumahan yang mereka tempati tidak wajar. Pada pemondokan Cabang Kempo misalnya, 26 atlet yang ada, harus mandi dengan waktu yang lama, karena hanya tersedia satu kamar mandi saja. Terkadang menurutnya, jika waktu pertandingan mendesak, terpaksa atlet hanya cuci muka saja untuk pergi bertanding, belum lagi ada pemondokan yang sulit airnya, padahal itu yang terpenting.

Ketua KONI Riau, Emrizal Pakis mengatakan penyelenggaraan sudah berjalan dengan baik, namun kekurangan pasti ada, karena setiap penyelenggaraan tidak ada yang sempurna, namun ini akan menjadi pedoman bagi tuan rumah selanjutnya.***